Friday, April 29, 2011

Do’a Slamet


Oleh, Mang Oejank Indro, tinggal di http://mangoejankindro.blogspot.com

Seharusnya tidak aku jadikan ini sebagai masalah yang besar. Sebenarnya tidak lebih dari tar-tarian, nyanyian dan tabu-tabuhan belaka. Resti juga, kenapa dia sok najis dengan hal-hal mistis. Lagian, mereka juga berTuhan. Tuhan mereka masih satu. Harusnya Resti yang minta maaf, bukannya aku. Dan lagi, Resti pendatang baru dikampungku. Apa yang dia tahu tentang slametan? Ngaku orang Islam, tapi antipati sama kegiatan orang Islam. Apa ibunya tidak pernah sekolah? Atau bapaknya bukan santri? Paling tidak, mereka mengajarkan Resti apa itu toleransi dan menghargai. Pikiranku tentang orang yang lahir dan lama hidup di kota, tidak perlu yang megapolitan, yang metropolis saja, spertinya sudah lupa.

Thursday, April 28, 2011

DIK (Sebuah Novel) : Bagian III Pelamar


Bagian III
Pelamar

Kotak hitam dengan balutan ukiran klasik tergeletak di meja ruang tamu, dirumah ibu Halimah. Duduk di kursi reot dua orang pria berpenampilan agak rapi. Meraka adalah Parman dan H. Sodikin. Sepertinya ada perbincangan serius diantara ketiga orang ini. Tapi apa? Hal itu yang sedang ditebak oleh Yenia di balik kelambu. Ia sedang mengerjakan proyek kecil, yaitu menghiasi kupluk (jilbab) dengan merci bervariasi. Masyarakat sekitar menyebutnya krepos. Profesi in sudah ia jalani selama dua tahun. Biasanya Yenia mendapat upah Rp. 2.000 / pcs. Kali ini Yenia benar-benar merasa gugup. Sudah berulangkali orang-orang desa sekitar mengunjungi rumahnya dua bulan terakhir. Kebanyakan adalah pemuda dan orang tuanya. Jadi, Yunia mengerti betul apa yang diinginkan orang-orang tersebut. Melamarnya? Iya. Begitulah.

DIK (Sebuah Novel) : Bagian II Euforia Mahasiswa Baru


Bagian II
Euforia Mahasiswa Baru

Selembar kertas tersemat usang menyelinap di jari-jarinya. Lembaran kertas tertata rapi dalam map kuning tua. Pagi ini zunia sedang berdiri tanpa jenuh menunggu giliran daftar ulang di Universitas Indonesia, Depok. Sekitar 4.000 manusia muda berjubel di Balairung UI. Sebuah gedung besar yang terletak diantara danau dan rektorat UI. Jika dilihat dari lantai 8 gedung rektorat, bentuknya seperti segitiga besar dengan pondasi kokoh menahannya. Dibeberapa titik berkeliaran pemuda-pemudi berseragam sok militer. Mereka menamakan diri sebagai MENWA (resimen mahasiswa) UI. Markas mereka terletak di dekat Gerbatama UI. Keringat mulai menghujan dari balik pori-pori kulit Zunia. Sang mentari menyelinap sesekali dari rindang pohon asam. Sudah 2 jam ia hanya berputar-putar menunggu antrean.
Zunia bergegas menuju sisi utara balairung UI. Rok hitam yang merumpai indah sedikit menahan

Sunday, April 17, 2011

Namaku Aisyah


oleh, Mang Oejank Indro, tinggal di htpp://mangoejankindro.blogspot.com

Namaku Aisyah, masih gadis atau perawan. Usiaku sekarang 18 tahun. Bapakku seorang Kiyai, pemangku pondok pesantren Al-Harun. Menulis sudah menjadi kegemaranku. Membaca apalagi. Setiap kaluar rumah aku mengenakan jilbab. Tidak lebar, tidak memakai kaus kaki juga. Bajuku tidak terlalu ketat, tidak pula ngelombyor. Mengenakan celana pun tidak riskan. Kegemaranku berkelahi. Karate olah raga favoritku. Tak peduli aku anak pemuka agama atau bukan. Bapak dan Ibuku tidak melarang. Mereka memberi kebebasan kepadaku untuk menjadi diriku. “Tuhan tidak pernah melarang manusia masuk neraka.” Itulah kalimat yang sering aku lontarkan kepada orang-orang yang sempit pikiran dan hatinya. Tapi aku bukan manusia penggila surga, meskipun aku selalu merindukan tempat itu.

Tuesday, April 12, 2011

Menyoal “Wakil Tuhan” di Indonesia :Kajian Fatwa MUI Tentang Ahmadiyah


Oleh,Mang Oejank Indro, tinggal di http://mangoejankindro.blogspot.com

--Tulisan ini adalah sitiran dari Jurnal Ilmiah berjudul Respon Tokoh Islam Atas Fatwa MUI Tentang Gerakan Ahmadiyah Indonesia karya Ahmad Subakir, Ilham Mashuri dan M Asror Yusuf, STAIN Kediri, 2008--
 
Tulisan ini bukanlah lembaran luas tentang sepak terjang jamaah Ahamdiyah di Indonesia. Sebagai Negara sekuler yang meng-“halal”-kan enam keyakinan beragama, Indonesia memiliki Majelis Ulama Indonesia (MUI) – yang seolah-olah mewakili “Tuhan” sebagai eksekutor terhadap masalah keyakinan keagamaan, dalam hal ini agama Islam. Fungsi MUI tidak jauh berbeda dengan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) bagi umat katolik atau PGI (Persatuan Gereja-gereja Indonesia). Sejarah mencatat bahwa Jamaah Ahmadiyah sudah mendapatkan reaksi keras dari berbagai kalangan sejak masuk ke Indonesia. Sejak berkiprah di Sumatera, Ahmadiyah sudah mendapat kecaman dari Abdullah Ahmad dan Abdul Karim Amrullah. Sehingga terbitlah buku Al Qaul ash Shohih guna meredam paham Ahmadiyah. Sampai saat ini kejadian yang berujung pada kekerasan terhadap Ahmadiyah memang sangat riskan. Apalagi di Negara yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, serta bersemboyan Bhineka Tunggal Ika.

R(b)obohnya “Wakil” Kami


Oleh, Mang Oejank Indro, tinggal di http://mangoejankindro.blogspot.com

Sebelum berkelana dalam isi opini nakal ini, baiknya anda menyimak dengan seksama frasa yang amburadul, yang sengaja saya tempel sebagai judul tulisan ini. Jika AA Navis ter-legenda-kan atas karya Robohnya Surau Kami, saya mencoba memodifikasi dengan Robohnya “Wakil” Kami dengan selipan huruf “B”, tujuannya adalah mengajak pembaca mencerna kejadian-kejadian “bodoh” yang dipentaskan wakil rakyat kita. Tanpa mengurangi rasa hormat, tulisan ini hanya tertulis untuk menghormati rakyat yang sudah dibodohi.
Mengikuti perkembangan pembangunan gedung baru DPR yang rencananya “berkasta” 36 lantai yang menelan biaya 1,138 T – belum termasuk furniture, sistem keamanan, sistem informasi. Saya, sebagai seorang mahasiswa merasa terpental. Kenapa? Lha, bukannya Yang Mulia Marzuki Ali hanya meng-iya-kan argumentasi orang-orang elite dan pinter saja, bukan? Tapi, dalam benak saya muncul sebuah pertanyaan, “Memang seberapa pintar orang-orang di DPR?

Friday, April 8, 2011

Berlabu di Perpustakaan Baru UI (Bagian I)


Oleh Mang Oejank Indro
tinggal di http://mangoejankindro.blogspot.com 
 
--Apresiasi, Prestasi, dan Kontroversi-- (Bagian I)

Pertama kali saya menginjakkan kaki di Universitas Indonesia, saya tercengang mellihat pemandangan yang menakjubkan di dekat sebuah danau yang diapit 4 bangunan besar. Balairung UI, Rektorat UI, Masjid UI, dan bangunan besar dengan atap agak berumput – yang kata orang futuristik, Perpustakaan. Awalnya, bangunan super megah tersebut, menurut naluri ke-desa-an saya, adalah pusat administrasi dan relaksasi UI. Nah, baru setelah saya nyantri di UI, saya sadar itu bukanlah sebuah tempat pusat administrasi baru UI ataupun Mall of Universitas Indonesia. Pencapaian UI dalam hal bangun-membangun bangunan memang cukup baik. Terbukti pada tahun lalu sudah lebih dari 3 bangunan terpatri di kampus UI, Depok.

Terlepas dari hal bangun-membangun. UI memang sedang berlari mengejar status World Class Research University. Atas target itulah, UI sangat rajin bangun-membangun penampilan fisik kampus UI. Salah satu yang menjadi topik hangat adalah perpustakaan baru UI yang terbilang megah. Bayangkan, bangunan “berkasta” delapan lantai tersebut memiliki toko buku, bank, cafeteria, fitness center, bioskop, ruang pertemuan, slide room, dan banyak lainnya.

Wednesday, April 6, 2011

Perpustakaa Bersama

DuniaPerpustakaan.Com– Ada yang mengatakan bahwa untuk merubah sesuatu tidak cukup hanya dengan kritik dan bicara semata. Dibutuhkan sebuah usaha yang nyata untuk mewujudkan apa yang kita kritik dan apa yang kita bicarakan. Walaupun sebenarnya tidak ada yang melarang jika ada orang yang lebih memilih untuk menyukai banyak bicara semata daripada melakukan aksi nyata. Semua memang punya hak untuk menentukan pilihan dan silahkan kita memilih mana yang terbaik untuk kita dan masyarakat di sekitar kita pada umumnya.

Seperti yang dilakukan kawan-kawan di Jl. Sunan Giri IV/63 Gresik – Jawa Timur ini. mereka membuat sebuah aksi yang mungkin oleh sebagian itu dianggap biasa saja. Tapi bagi duniaperpustakaan, itu sesuatu yang luar biasa.

Sunday, April 3, 2011

Konstruksi Dasar ke-Islam-an


Terdapat beberapa penafsiran tentang definisi akidah. Dalam Kamus al-Munawwir Arab-Inonesia, akidah diartikan sebagai ikatan, sangkutan, atau simpul, membangun lengkung, mengokohkan, membuat, dan mengadakan perjanjian. Secara lengkap akidah memiliki pengertian suatu kepercayaan dan keyakinan yang menyatakan bahwa Allah SWT itu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai-Nya (Mubarrak, 2010: 161). Dalam perkembangannya, akidah bernegasi menjadi suatu kajian keilmuan islam dengan “julukan” Ilmu Tauhid atau Ilmu Kalam – yang membahas segala tentang Kalam Allah, qadim atau hadis. Selain dua “julukan” diatas, beberapa ahli juga memberikan sebutan sebagai Ilmu Usluhuddin karena objek kajiannya adalah masalah pokok keagamaan.
Perkembangan selanjutnya, ilmu kalam dijadikan sebagai seuatu ilmu hasil ijtihad para ahli dibidang tertentu. Tujuannya tentu saja memperthankan akidah dan keimanan dalam menggunakan akal fikiran. Hasil kerja dari para Mujtahid yang memiliki stuktur kognisi yang berbeda-beda, menyebabkan munculnya kecendrungan yang berbeda-beda pula. Akibatnya, muncul berbagai aliran dan mazhab yang men-tajir-kan khazanan ke-intelektualan Islam. Sayangnya, kebanyakan munculnya aliran-aliran tersebut banyak dibumbui oleh faktor politik daripada faktor fundamental lainnya. Berikut adalah beberapa rincian perkembangan dan jenis-jenis aliran dalam Islam:
·         Khawarij, adalah golongan penentang Arbitrase – diartikan sebagai Takhim – antara Ali dan Muawiyah dalam perang Shifin. Aliran ini lahir karena perselisihan antara Muawiyah dan Ali. Ketika itu Muawiwah tidak terima atas pengangkatan Ali Bin Abi Thalib sebagai khalifah. Pemahaman yang ekstrim dari aliran ini adalah sering mengkafirkan orang-orang yang dianggap pernah berbuat dosa besar, dan mereka berkeyakinan bahwa orang-orang tersebut adalah kafir dan boleh diperangi dan dibinasakan.
·         Murji’ah, aliran ini merupakan reaksi terhadap aliran yang pertama. Golongan ini menamakan diri mereka sebagai Murji’ah, dari kata arja’a-yarji’ui (mengharap, menyerahkan, dan menangguhkan). Aliran ini berasumsi bahwa dosa yang dikerjakan manusia dapat dimaafkan oleh-Nya.
·         Syi’ah, aliran ini adalah pembela Ali bin Abi Thalib. Pengikut aliran ini percaya bahwa umat islam harus dipimpin oleh Ahl al-Bait, yaitu keturunan Nabi melalui Fatimah al-Zahra’ dan Ali Bin Abi Thalib – Hasan dan Husein. Dalam perkembangan, aliran ini terpecah menjadi beberapa bagian, seperti Syi’ah Istna-Asyariyah, Ismailiyah atau Sab’iyyah, Zahidiyah, Ja’fariyah, dan sebagainya.
·         Jabariyah, aliran ini dipelopori oleh al-Ja’ad bin Dirham dan yang mengembangkan adalah Jaham Bin Sofyan. Golongan ini berkeyakinan bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Dalam kamus orang barat, faham ini dikenal dengan Fatalism atau Predestination.
·         Qadariah, adalah wujud perlawanan dari aliran Jabariyah, golongan ini memiliki keyakinan bahwa manusia memiliki kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya

RESTORASI ARSIP KONVENSIONAL

RESTORASI ARSIP KONVENSIONAL Hasil Obervasi Restorasi Arsip Nasional RI dan Sinematek Indonesia Iswanda Fauzan S. ( LIS Rese...