Saturday, August 20, 2011

Dongeng Surgaku


Dongeng Surgaku



pagiku redup
berulang redup
tangisku silau
menggulung ufuk


                pagiku cerah
                membara jingga
                tertawa gembira
                menjala aura

kau, bukan
               
                iya, aku

aku matikan lampu
aku hirup asap bakau
sandarkan bahuku
aahh..

                kini waktu membantuku
                menari dan menjelajah. tak ada haru
Manja!
                kau pikir tidak jenuh?
                aku melempar malu. tak ada haru

parasmu itu
luapkan titik benalu
tusukku tanpa porsi dulu
                manja..!
kenali murkamu
kau..!
Iya, aku
Tuturku menjubal kala fajar
Redupkan harum. Kau tidur
Tidak, bukan!
Bayangmu sesalkan sinar
Matikan tanah yang subur
Emm.. Iya, aku!
Tapi,..
Kau berang dengan mereka
Mencari kambing tak berbulu
Mengadu bak kancil merah
Dan, menangis dipojok pintu
Kau, kau tahu?
Flamboyan mengharu sejuk
Mengusir garis-garis pantai sejuk
Pikirmu aku segan terbujuk?

Tak luput.
Tubuhmu indah, memang indah
Senyummu merekah, mengaliri buih-buih mesra
Kadang berguru pun tak cukup
Gombal
Kucrut
Hey..!
Tanpamu, Aku..
Curut

Merebahlah, tunduk
Kau sudah banyak kuguyur
Tubuhmu itu suci ketika..
Lahir?
Kau mujur dan kau..kau..kau..!
Rumahku bertingkat
Jubahku berhias emas
Lihat..! kini aku waras
Kau.. cobalah lirikkan matamu
Lepas..!!
Merebahlah, tunduk.
Patahkan kakimu
Letakkan keningmu, tunduk!
Seandainya..
Diam..!!
Wajahmu tak berpaling
Biarkan..! Tunjukkan!
Aku… Aku..!
Guraumu bukan untukku
Wajahku tak sadar diduniamu
Suaraku mengringi nadimu
Mataku melebur, terbang, berkejaran di nafasmu
Kau! Hidup di duniaku
Tak pernah kau hadir!
Candamu itu, sampah!
Hanya senangmu, itu mauku.
Diam..!!
Sepihak kau suruh aku diam
Guratan dahimu saja, huh..
Aku terkesan.  Jancuk!
Merebahlah, tunduk
Ceritamu tak lebih busuk dari Fir’aun
Kejimu, huh! Pelajaranku.

Merasa sesal dalam-dalam. Terpikat jarah. Kau tak jera.
Kau menyamun ruang putih. Aku melamun dalam sepetak ladang gelap.
Kau berapi-api membawa perisai besi. Menghunus pedang bertulis “BUI”
Dan, kau menghela nafas. Mengusap dahi dengan air yang kau sebut “SUCI”
Aku tahu
Tanganku bergetar menapak tanah yang bernisan
Dadaku terkoyak setelah sekilas meratapi
Sifatmu
Iya, aku!
Kau mendosakan kebaikanku
Kau menghitamkan padang yang kuputihkan
Kau turunkan kedinginan yang panas
Kala manusia-manusia itu naza’
Ha ha ha ha ha
Iya, aku
Kau hanya ingin sujud kepada Adam
Adam yang aku bius dengan kelembutan
Kelembutan yang terpisah dari rusuk kirinya

Merebahlah, tunduk!
Surgaku bukan surgamu
Nerakaku itu surgamu
Kilatan cahaya dan harum yang tak kukenal itu.
Disanalah tempatku.
Matamu tak mampu lagi menahan jampiku
Kau hanya menyiksa batinmu di duniamu
Hanya untuk dunia mereka yang tabu
Mengatasnamakan surga ditelapak kaki ibu

Akulah ibumu.
Bukan, dia ibuku.
Ibuku tidak bertaring dan berbulu.
Ibuku membelai indah malam-malamku.
Kenapa kau diam?
Ingat saat kau menjambak rambutnya yang memutih?
Ingat saat lenganmu menyambar pipinya yang keriput?
Ingat saat kau terbahak mendengar namanya terlacur?
Ingatlah itu, kau senang bukan? Siapa ibumu sekarang?
Akulah ibumu.
Merebahlah, tunduk!
Ibuku itu,
Ketika aku merengek tidak memperoleh permen.
Aku masih menerima kecupan dikening kecilku, tanpa dia lesuh.
Mengelus bekas lukaku. Dan, tak peduli jika terluka karenaku.

Ibuku itu,
Ketika malam bersujud dengan do’a yang berkejaran.
Hanya untuk menghilangkan dosa terkesil disekujur tubuhku.
Sekalipun aku berkeras untuk tetap membela temanku.

Ibuku itu,
Orang yang tidak punya malu.
Hanya untuk menyuapiku sepiring nasi dan seteguk air putih.
Dan, menabur sekeping koin dalam saku celanaku.

Ibuku itu,
Manusia yang menyiangi sekujur tubuhku tanpa letih.
Ketika urat nadinya mengecil dan hampir mati.
Terlebih ketika kening dan kakinya mulai melepuh.

Ibuku itu,
Ketika aku dewasa.
Sedikitpun tidak memanja untuk mengharap budi.
Ia rela melihatku berdiri dari tempat tidurnya. Meneteskan air mata kasih.
Lalu pergi tidur dengan tiga lembar kain putih yang terikat rapi.


________
Depok, 20 Agustus 2011
Mang Oejank Indro

Tuesday, August 16, 2011

Indonesia Terbalik (1)


Oleh, Mang Oejank Indro
"Ini adalah artikel yang akan terbit secara berkala. Dalam artikel ini, Penulis akan memberikan sedikit gambaran Indonesia kita yang unik dan besar!"

Rahasiamu, Indonesiaku
Menulis tentang Indonesia memang menyenangkan. Ditengah hiruk pikuk kehadiran pesta olahraga terbesar se-Asia Tenggara , SEA Games 26, yang dicanangkan dihelat tanggal 11-22 November 2011. Keajaiban yang terukir indah dalam bentangan pulau sepanjang sekitar 5.000 kilometer, yang diantaranya 3.000 pulau layak huni, inilah Indonesiaku. Sejarah banyak mencatat kejayaan kerajaan-kerajaan yang pernah berkuasa di Nusantara yang memiliki kharisma dan kekuasaan yang menakjubkan. Sebut saja, Sriwijaya yang mengendalikan perdagangan dunia pada abad pertengahan, ketika barat sedang mengalami abad kegelapan. Majapahit yang berhasil menaklukkan banyak wilayah nusantara dan berkuasa hingga daratan Semenanjung Malaya, dan banyak masih banyak lagi.
Fakta sejarah terlalu banyak bercerita tentang Indonesia, Prof, Arisyo Santos dalam bukunya Atlantis:The Lost Continent Finally Found, secara tegas menerangkan bahwa Indonesia –lah Atlantis. Ibu dari seluruh peradaban dunia, sebuah peradaban yang dituangkan secara misterius dan fantastis oleh Mbahnya filsuf dunia, Plato. Secara geografis, Indonesia menempati posisi yang ‘aman’ dan ‘nyaman’. Tidak heran Koes Plus mendendangkan lagu “Kolam Susu” sebagai perumpamaan kekayaan yang dimiliki Indonesia. Daratan kita menempati urutan ke enam sebagai yang terluas, dengan bentangan daratan sekitar dua juta mil persegi. Terselip diantara dua benua, Asia dan Australia. Mengambang diantara dua samudera, Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia. Indonesia masih sebagai Negara dengan sumberdaya alam terbesar ketiga dunia, dibelakang Amerika Serikat dan Rusia. Faktanya, satu dari empat ban mobil Amerika terbuat dari karet Indonesia.
Di wilayah Indonesia yang sedemikian luas itu, matahari pun tidak cukup hanya sekali terbit. Matahari harus terbit sebanyak tiga kali. Hal ini mengakibatkan pembagian waktu menjadi tiga bagian. WIB untuk Indonesia bagian barat, WITA, di bagian tengah, dan WIT, untuk bagian Timur. Luas daratan Inggris Raya, Romania, dan Yunani jika digabungkan menjadi satu, tidak lebih besar dari luas pulau Sumatra dan sekitarnya, sekitar 473.605,9 km2.  Luas wilayah Perancis, 547.026 km2 ternyata lebih kecil daripada Kalimantan Indonesia, 59.424.53 km2. Denmark yang luas wilayahnya 43.069 km2 tidak lebih besar dari Provinsi Jawa Barat, 44.170 km2. Bahkan luas wilayah DI Yogyakarta, 3.142 km2, lebih besar dari gabungan antara Vatikan, Monako, dan Luksemburg. Memang bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar.(Oi)

Sunday, August 14, 2011

SEMALAM DI GERBONG GUMARANG


Oleh,
Mang Oejank Indro

Kerumunan orang berbondong-bondong melihat jadwal keberangkatan kereta di stasiun pasar Senin, seorang petugas berusaha menjawab pertanyaan beberapa orang yang terlihat sedang menunggu sesuatu. Ruangan disebelah kanan pintu keluar telah dipenuhi beberapa orang yang sesekali melihat jam dinding yang tergantung di atas pintu masuk. Mungkin mereka pengguna jasa kereta api, atau sedang menunggu kerabat, sahabat, kekasih, dan istri atau suami mereka.
Sudah setengah jam aku berdiam dan hanya memandangi lalu lalang manusia. Sesekali terdengar suara dari balik speaker mendengungkan kabar kedatangan dan keberangkatan mereka.
            “Ah.., Lama juga keretanya, lali paling masinise”. Gumamku dalam hati. Selang beberapa menit, speaker yang tergantung di atas plafon atap stasiun memberikan informasi kedatangan KA Gumarang kelas bisnis jurusan pasar Senen – pasar Turi.

Saturday, August 13, 2011

Islam, Budaya dan Teknologi-nya Gus Dur


Oleh, Mang Oejank Indro

PADA suatu pagi, Gus Dur duduk di kursi depan kendaraan yang dinaikinya. Suara dari kaset terdengar memenuhi kabin kendaraan, mengalunkan bermacam shalawat yang didendangkan anak-anak dengan dipimpin seorang dewasa. Berbagai shalawat didendangkan, termasuk shalawat/pujian semasa menunggu datangyan imam di masjid/musala. Dibawakan versi lengkap dari pujian “Illahi Lastu” yang biasanya hanya diperdengarkan dua baris/bait bahasa Arab saja. Kira-kira dua jam berkendara dari tempat tinggal Gus Dur di jalan Paso ke Hotel Marriott guna melakukan doa bersama dengan sejumlah kiai dan para agamawan lain. Dalam mendengarkan kaset shalawat dan pujian, Gus Dur lagi-lagi dihadapkan kepada sebuah gambaran tentang masyarakat kita dewasa ini, yaitu antara dendang tradisional tapi menggunakan alat-alat sound system yang sangat canggih. Yang dimaksudkan Gus Dur adalah penggunaan teknologi canggih berarti tekonologi modern oleh pergelaran tradisional. Ini adalah kenyataan di depan mata yang tidak dapat diingkari walaupun jarang dipikirkan. Ternyata tidak seperti yang para peneliti dan pemerhati sering kemukakan mengenai adanya pertentangan teknologi modern dengan budaya tradisional.

Friday, August 12, 2011

HINDARI SEX-APPEAL DAN NAFSU EXHIBISIONISME


Oleh,
Mang Oejank Indro


Pada era modern saat ini banyak bermunculan media-media yang menghantarkan remaja kedalam aspek-aspek demonstratif dan agresif. Bahkan dapat dikatakan hampir pada semua kegiatan kehidupan kita sehari-hari. Pertemuan di sekolah, kampus, tempat olahraga, dalam kendaraan, pengajian dan sebagainya. Apabila kita kurang hati-hati dan tidak mempunyai kendali diri yang berupa aturan moral, maka lingkungan akan menyeret kita kedalam suatu ruang perversi. Dan yang sering menjadi menjadi wahana eksplorasinya adalah kalangan remaja, hal ini sangat berbahaya karena mereka sedang dalam keadaan jiwa yang tidak tetap, suatu pribadi yang belum memiliki kematangan bentuk dan masih muda menerima pengaruh dari luar. Apalagi pengaruh-pengaruh yang datangnya sengat menyolok dan dengan disengaja, selain itu, organ seksualitas yang mulai matang sebagai alat pemenuhan kebutuhan koitus yang mulai membara yang mana pada konsdisi inilah kebutuhan tersebut membutuhkan sambutan dari luar.

Sex-appeal adalah daya tarik yang kuat yang dapat membangkitkan seseorang pada nafsu-nafsu seksual atau birahi terhadap jenis lain. Sedangkan nafsu exhibisionisme mempunyai pengertian suatu keinginan yang kuat untuk memperlihatkan kepada orang lain karena sifat jasmaniah yang dimiliki oleh seseorang, terutama dipergunakan dalam hal-hal yang bersangkut paut dengan masalah seksualitas. Karena sifatnya yang dating secara tiba-tiba dan dapat melemahkan kepribadian, seseorang akan terdorong untuk berbuat sesuatu yang sifatnya erotis-seksual.

NILAI WANITA DALAM ISLAM


Oleh, Mang Oejank Indro

Sebagai tanda bukti kekuasaan Allah SWT, Allah menciptakan manusia dalam dua jenis yang berlawanan sebagai jodohnya, ialah jenis pria dan jenis wanita. Meskipun ada lagi jenis ketiga yaitu banci (khuntsa), namun itu merupakan sebagian kecil ataupun merupakan pengecualian.
Berdasarkan hasil penyelidikan para sarjana yang ahli golongan wanita di dunia ini sejak dari dulu sampai sekarang telah melalui tiga periode dengan tingkatan falsafah dan pola fikir yang berbeda. Pertama, golongan yang menghinakan wanita. Golongan ini mengartikan bahwa wanita bukan jenis manusia, tetapi jenis binatang. Karena bukan jenis manusia, wanita pada periode ini diperjual belikan, digadaikan ataupun ditukar-tambahkan layaknya barang dagangan. Tidak lain wanita tersebut dijadikan sebagai alat pemuas nafsu dan tidak mempunyai hak sama sekali, yang ada padanya adalah kewajiban semata. Bila sudah tidak laku dijual, ia-pun dibuang seperti sampah. Kedua, Golongan yang mendewakan wanita.

RESTORASI ARSIP KONVENSIONAL

RESTORASI ARSIP KONVENSIONAL Hasil Obervasi Restorasi Arsip Nasional RI dan Sinematek Indonesia Iswanda Fauzan S. ( LIS Rese...