Saturday, January 29, 2011

Senandung Petruk untuk Pak BeYe


Pagi-pagi buta Petruk sudah rapi dengan kemeja berdasi, rutinitas menyiram kebun belakang rumahnya dan nyelendro “dikhianati” sejenak. Hari ini Petruk ingin mlaku-mlaku ngintip bumi nusantara, terutama tanah Jawa yang disinggahi Pak BeYe dan adipati-adipati KIB jilid II. Ia juga berniat singgah di gedung DPR RI, bertemu tuan Gayus, nyambangi Jeng Ayin, dan nginep di kantor KPK. “Monggo Juragan, mobil sampun siap..!!” Sukirno, sopir pribadi Petruk menyilahkan sang majikan nunggang lymosin putih pemberian Batara Guru.
Beberapa menit dari singgasana Petruk di Pulau Kahyangan, Suralaya, Sukirno bertanya, “Juragan, enak’e lewat jalan tol apa jalan biasa?” Dengan suara mbindeng Petruk bersua, “Lho, jalan tol di Jakarta sudah bebas hambatan to? Wong pendega Jakarta terbukti bukan ahlinya koq!!” Sukirno bingung. “Terus, lewat mana Juragan?” Sahutnya. “Wis, lewat jalur biasane wae. Ojo lali pake For Ridder yo..!” Jawab Petruk sambil memainkan iPhone 4 di tangan kanan dan BB Torch di tangan kirinya.
“Walah, Juragan, mosok wis mimpin hampir dua periode nguna-ngunu wae, rakyat cilik dibohongi dengan kebohongan ala balita, ckckckck..!” Geram Sukirno di bangku depan lymosin. “Hemmm… Raimu koyok gak ngerti Pak BeYe. Aku kesini juga gara-gara prihatin.” Kata Petruk. “Oalah, Prihatin tukang jamu yang bahenol itu to Juragan?” Sambung Sukirno. “Untumu keropos…!! Prihatin Kir, prihatin temenan cok..!! Wis, Aku turun sini. Kamu langsung balik ke Suralaya.” Dawuh Petruk. Sukirno pun langsung bergegas kembali ke Suryalaya. Petruk nyamar seperti biasa, baju kabanggaanya yang seperti kaus kutang terbelah disematkannya. Perut buncit meluber kedepan diatas celana pendek berbalut sarung yang terselendangkan melingkar.
****
            Suasana Istana Negara siang ini lumayan ramai. Teriakan demonstran dari Universitas Indonesia memecah ke-galau-an penghuni Istana Negara. Segerombolan manusia berseragam militer kurang lengkap melecit berbaur dengan demonstran, alih-alih mengamankan, pak Pol malah melakukan pengamanan beberapa demonstran. Walah-walah, polisi dari jaman Soeharto sampai sekarang koq kerjaannya sama saja. Nggak kreatif. Kalau ndak ngerampok” di jalanan, yo “main-main” bongkar rumah, eksekusi tanah, dan ngantemi demonstran. Itu Polisi kasta paling bawah lho Bes, apalagi Pak Pol yang berbintang-bintang itu? Hemmm…

RESTORASI ARSIP KONVENSIONAL

RESTORASI ARSIP KONVENSIONAL Hasil Obervasi Restorasi Arsip Nasional RI dan Sinematek Indonesia Iswanda Fauzan S. ( LIS Rese...