Sunday, September 15, 2013

RESTORASI ARSIP KONVENSIONAL


RESTORASI ARSIP KONVENSIONAL
Hasil Obervasi Restorasi Arsip Nasional RI dan Sinematek Indonesia

Iswanda Fauzan S. (LIS Researcher)

Abstrak

Pelestarian arsip merupakan kegiatan penting yang bertujuan menjaga informasi yang dikandung di dalam arsip tersebut. Oleh karena itu, proses restorasi arsip dibutuhkan guna menjaga nilai arsip; kegunaan, fungsi, dan sejarah. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dan Pusat Dokumentasi Perfilman Usmar Ismail (Sinematek Indoensia) adalah lembaga yang memiliki tugas dan fungsi restorasi arsip. Tulisan ini merupakan laporan pengamatan proses restorasi arsip di kedua tempat tersebut. Tujuan pengamatan ini adalah (1) mengetahui langkah-langkah penyelamatan arsip konvesional berbentuk kertas, meliputi tahap-tahap dan peralatan yang digunakan, di kantor Arsip Nasional Republik Indonesia dan Sinematek Indonesia. (2) mengetahui peralatan yang digunakan dalam upaya restorasi di kantor Arsip Nasional Republik Indonesia dan Sinematek Indonesia. (3) mengetahui fungsi, karakteristik, dan kelebihan methyl cellulose dan washi dalam proses konservasi arsip berbentuk kertas. (4) mengetahui per-bandingan langkah penyelamatan arsip berbentuk kertas di kantor Arsip Nasional Republik Indonesia dan Sinematek Indonesia. Hasil dari pengamatan menunjukkan bahwa restorasi arsip di ANRI terbagi menjadi dua kategori/jenis; (1) restorasi arsip konvensional, dan (2) restorasi media baru dan menggunakan prosedur restorasi dengan baik dan benar. Sedangkan restorasi arsip di Sinematek Indonesia kurang baik, hal ini dikarenakan pendanaan yang sangat minim.

Kata kunci: restorasi arsip, arsip konvensional, restorasi media baru,ANRI, sinematek
       Indonesia.

DOWNLOAD FULL ARTICLE

Research Review: Dampak Perpustakaan Digital terhadap Aktifitas Belajar Mahasiswa


Monday, September 9, 2013

MENUJU GOOD GOVERNANCE MELALUI TRANSISI E-GOVERNMENT


Hasil Analisis Pusat Rekod Kelurahan Beji Timur, Depok – Jawa Barat




Istilah rekod elektronik di Indonesia merupakan istilah yang baru. Di Indonesia, istilah rekod elektronik sering dikaitkan dengan dokumen elektronik. International Council on Archive (ICA) menefinisikan rekod elektronik sebagai:

Revolusi-Revolusi di Rusia


Dari Pemberontakan Desembris 1825 hingga Revolusi Oktober 1917

MASYARAKAT RUSIA PADA MASA KEKAISARAN & FEDERASI RUSIA




PENYAJIAN INFORMASI DI MUSEUM


Penyajian informasi pada dasarnya tebagi menjadi dua bentuk utama, lisan dan tulisan. Penjabaran yang mudah untuk memahami konsep penyajian informasi dapat dilihat dari sifat multidisipliner ilmu informasi. Uraian dari Putu Laxman Pendit (2006), menyebutkan beberapa aspek dalam ilmu informasi: teori informasi, informetrika dan bilbliometrika, information retrieval, sistem informasi, teori kognitif, perilaku informasi, masyarakat informasi, dan kebijakan informasi. Dari delapan aspek tersebut, layanan informasi sangat dipengaruhi oleh sistem informasi, perilaku informasi, masyarakat informasi, dan kebijakan informasi. 

Sistem informasi merupakan aspek terpenting dalam layanan informasi. Information Richness Theory (IRT) yang dikemukakan Daft dan Lengel (1986) menjelaskan bahwa organisasi perlu menggelola informasi. Persoalan yang selalu dihadapi organisasi dalam kaitannya dengan informasi adalah ketidakpastian (uncertainty) dan ketidakjelasan (equivocality).  

Jauh sebelum Daft dan Lengel mengemukakan IRT, pembahasan layanan informasi sudah diperbincangkan di kalangan pekerja ilmiah. Tepatnya ketika diselenggarakannya Royal Scientific Conference pada tahun 1948 di Inggris. Studi tentang penyajian informasi di London Science Museum Library adalah salah contohnya. Studi tersebut didahului oleh serangkaian studi tentang perilaku informasi. 

Keterkaitan aspek informasi dan penyajian informasi memang seringkali muncul diantara lembaga informasi dan setiap organisasi. Permasalahan  yang biasanya muncul adalah Uncertinty dan equivocality. Salah satu lembaga informasi yang sedang mengalami persoalan tersebut adalah museum. Museum seringkali kesulitan dalam proses penyajian informasi yang sebabkan oleh material koleksi. Umumnya, material koleksi museum adalah benda-benda yang bersifat lampau dan dibuat pada waktu, situasi, serta pada masyarakat dengan struktur kognisi yang berbeda dengan kondisi masyarakat sekarang. 

Kondisi demikian digambarkan oleh Dervin (1992) dalam model “Sense Making” yang terdiri dari empat elemen dasar yang terdiri atas; situation, cognitive gap, outcome, cognitive bridge. (Dervin, 1992:28) Persoalan ketidakjelasan informasi (information equivocality) biasanya muncul ketika pengguna/pengunjung museum berhadapan dengan material museum (seni, sejarah, dan sains). Penggambaran Dervin tentang cognitive gap didasari faktor ruang dan waktu, sehingga proses penyebaran informasi terganggu (noise). Hal ini kemudian menjadi fenomena yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari museum supaya penyajian informasi dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

TUBUH SEBAGAI UNGKAPAN BHAKTI



Analisis Karya Lukis Nasirun Menggunkan Teori Semiotik C.S. Peirce


Sunday, September 8, 2013

Lost In London (Part 3)





BAGIAN III – Persiapan

Pagi-pagi Pak Ridwan sudah bercengkeramah dengan dua orang lainnya. Ia meminta saya segera menyantap sarapan di dapur, di lantai bawah. Menunya adalah; BAKSO. Hehehe. Tanpa pikir panjang, meskipun belum mandi dan gosok gigi, langsung santap saja. Kenyang.

Lost In London (Part 2)





BAGIAN II – Demo & Lapar

Setelah beberapa menit beregangkan otot di rest area, saya pun meninggalkan Heathrow Airport menuju statiun Tube London Underground (MRT) yang tersedia di Terminal 3. Untuk bisa menggunakan moda-transportasi di London, kita perlu yang namanya Oyster Card, kartu pintar yang dapat digunakan untuk moda seperti Tube/Underground, Overground, dan Bus. Setelah mengamati papan informasi, akhirnya saya menemukan paket trip yang sesuai, yaitu paket 7 hari.

Saturday, September 7, 2013

Lost In London (Part I)




BAGIAN I - Depature

Pengalaman mengunjungi kota-kota menakjubkan sungguh mengagumkan. Sebagai mahasiswa yang berasal dari desa, dan kuliah dengan beasiswa pula, impian untuk berkelana ke luar negeri kadang tidak terpikirkan. Namun, Allah punya cara lain untuk membawa saya untuk memikirkan hal tersebut. Bulan Juli tanggal 8-9 saya mendapat

RESTORASI ARSIP KONVENSIONAL

RESTORASI ARSIP KONVENSIONAL Hasil Obervasi Restorasi Arsip Nasional RI dan Sinematek Indonesia Iswanda Fauzan S. ( LIS Rese...