Thursday, September 8, 2011

Bulan Pesisir Pantura

Bulan Pesisir Pantura
Mang Oejank Indro


Sekarang aku mencari keadilan. Tidak ada laki-laki yang sekeji itu selain dirimu. Bukan karena aku lahir di pedesaan kumuh yang berair payau, berbau amis, dan penuh sesak dengan kubangan lumpur menjijikkan. Kau ingat, ketika tubuhku kau nikmati dengan bengis birahimu? Aku memaki-maki diriku sendiri disudut kamar kita. Tidak sekalipun kau menatapku, apalagi membelaiku dengan jari-jari tanganmu yang kasar. Tidak lagi. Tidak seperti dulu. Sebelum rahimku berhenti menyediakan benih seorang bayi. Iya! Aku mandul. Aku mandul. Aku tidak bisa memberi keturunan untukmu. Keturunan yang berhulu dari spermamu. Dan menjadi darah dagingmu.
Aku tidak akan menyalahkan Lindu, juga Teti. Mereka tidak mandul. Mereka gadis subur yang bisa memberi keturunan untukmu. Kau akan bahagia dengan mereka. Aku lebih senang dimadu dengan Teti, ia perempuan baik-baik. Aku yakin itu. Ayahnya memang berandalan, tapi ibunya tidak berandal. Aku yakin, kita bisa rukun. Asalkan kau bisa berlaku adil. Memang sangat berat untukku. Tapi aku masih isterimu. Perintahmu adalah jalanku ke surgaNya.

RESTORASI ARSIP KONVENSIONAL

RESTORASI ARSIP KONVENSIONAL Hasil Obervasi Restorasi Arsip Nasional RI dan Sinematek Indonesia Iswanda Fauzan S. ( LIS Rese...