Friday, August 12, 2011

HINDARI SEX-APPEAL DAN NAFSU EXHIBISIONISME


Oleh,
Mang Oejank Indro


Pada era modern saat ini banyak bermunculan media-media yang menghantarkan remaja kedalam aspek-aspek demonstratif dan agresif. Bahkan dapat dikatakan hampir pada semua kegiatan kehidupan kita sehari-hari. Pertemuan di sekolah, kampus, tempat olahraga, dalam kendaraan, pengajian dan sebagainya. Apabila kita kurang hati-hati dan tidak mempunyai kendali diri yang berupa aturan moral, maka lingkungan akan menyeret kita kedalam suatu ruang perversi. Dan yang sering menjadi menjadi wahana eksplorasinya adalah kalangan remaja, hal ini sangat berbahaya karena mereka sedang dalam keadaan jiwa yang tidak tetap, suatu pribadi yang belum memiliki kematangan bentuk dan masih muda menerima pengaruh dari luar. Apalagi pengaruh-pengaruh yang datangnya sengat menyolok dan dengan disengaja, selain itu, organ seksualitas yang mulai matang sebagai alat pemenuhan kebutuhan koitus yang mulai membara yang mana pada konsdisi inilah kebutuhan tersebut membutuhkan sambutan dari luar.

Sex-appeal adalah daya tarik yang kuat yang dapat membangkitkan seseorang pada nafsu-nafsu seksual atau birahi terhadap jenis lain. Sedangkan nafsu exhibisionisme mempunyai pengertian suatu keinginan yang kuat untuk memperlihatkan kepada orang lain karena sifat jasmaniah yang dimiliki oleh seseorang, terutama dipergunakan dalam hal-hal yang bersangkut paut dengan masalah seksualitas. Karena sifatnya yang dating secara tiba-tiba dan dapat melemahkan kepribadian, seseorang akan terdorong untuk berbuat sesuatu yang sifatnya erotis-seksual.
Dari penjelasan sseputar sex-appeal dan nafsu exhibisionisme diatas, hal-hal tersebut sudah menjadi suatu kewajaran di mata masyarakat, mulai dari pakaian anak-anak sampai orang tua tak luput dari kesan ketat dan transparan, pemakaian make-up tebal, aksesoris yang berlebihan dan sebagainya. Tanpa disadari masyarakat kita telah banyak mengadopsi kebudayaan barat, meskipun masyarakat kita tahu setiap gunting pakaian orang Barat memang disengaja untuk mengumbar syahwat.

Realita yang ada dalam perkembangan fashion di Indonesia dewasa ini adalah seringnya mengadopsi budaya Barat yang kurang intens dengan unsur kerohanian atau agama, padahal produksi fashion dalam negri-pun tak kalah kualitasnya. Seperti halnya pakaian-pakaian tradisional yang jelas-jelas intens dengan kebudayaan ketimuran kita yang syarat dengan konteks kerohanian. Namun, secara perlahan tapi pasti dan tanpa kita sadari masyarakat kita telah terinfeksi sex-appeal dan nafsu exhibisionisme. Sebagai contoh dua orang wanita cantik dan seksi berjalan lewat di depan sekelompok pemuda yang sedang nongkrong di pinggir jalan, wanita pertama melintas dengan berjilbab, memakai rok panjang dan kemeja muslimah dengan make-up yang sederhana, sekitar dua meter di belakangnya berjalan seorang wanita kedua dengan baju “hemat”, buah dada sedikit menantang, paha yang hanya sedikit tertutup disertai make-up yang menggoda birahi. Secara logika, wanita yang mana yang akan diganggu para pemuda, bahkan anak SD-pun tahu jawabannya, begitu juga sebaliknya pada kaum laki-laki. Namun, etika berpakaian kaum laki-laki di Indonesia masih relatif sopan. Dari contoh diatas, sex-appeal dan nafsu exhibisionisme mampu melahirkan tekanan mental dan beban moral baik terhadap diri sendiri maupun agama. Selain itu, sex-appeal dan nafsu exhibisionisme juga berpengaruh terhadap kondisi ekonomi, baik individu maupun negara.

Dengan menghindari sex-appeal dan nafsu exhibisionisme, seseorang akan memperoleh bebbagi keuntungan, khususnya bagi para wanita, karena hampir semua bagian tubuhnya mampu membangkitkan birahi kaum laki-laki. Keuntungan tersebut antara lain adalah pertama, resiko agamis relatif ringan. Kedua, lebih mengahargai kebudayaan bangsa sendiri yang sudah seharusnya dijunjung tinggi. Ketiga, kemungkinan kita lebih dihormati oleh bangsa-bangsa lain. Keempat, suatu pembabaran lapangan pekerjaan yang akan terus bertambah, karena semakin besar pemakain produk domestik, berarti semakin besar pula jumlah yang harus diproduksi.

2 comments:

Luthfi MH said...

tugas kuliah ya??? :-)
kotak komentarnya disemat di bawah post dong biar enak komennya hehe

salam kenal

Unknown said...

Terimakasih sarannya mas Lutfi, sebenarnya itu bukan tugas kuliah, tapi artikel pesanan dari media islami.

RESTORASI ARSIP KONVENSIONAL

RESTORASI ARSIP KONVENSIONAL Hasil Obervasi Restorasi Arsip Nasional RI dan Sinematek Indonesia Iswanda Fauzan S. ( LIS Rese...