Oleh,
Mang Oejank Indro
Pada era modern
saat ini banyak bermunculan media-media yang menghantarkan remaja kedalam
aspek-aspek demonstratif dan agresif. Bahkan dapat dikatakan hampir pada semua
kegiatan kehidupan kita sehari-hari. Pertemuan di sekolah, kampus, tempat
olahraga, dalam kendaraan, pengajian dan sebagainya. Apabila kita kurang
hati-hati dan tidak mempunyai kendali diri yang berupa aturan moral, maka
lingkungan akan menyeret kita kedalam suatu ruang perversi. Dan yang sering
menjadi menjadi wahana eksplorasinya adalah kalangan remaja, hal ini sangat
berbahaya karena mereka sedang dalam keadaan jiwa yang tidak tetap, suatu
pribadi yang belum memiliki kematangan bentuk dan masih muda menerima pengaruh
dari luar. Apalagi pengaruh-pengaruh yang datangnya sengat menyolok dan dengan
disengaja, selain itu, organ seksualitas yang mulai matang sebagai alat
pemenuhan kebutuhan koitus yang mulai membara yang mana pada konsdisi inilah
kebutuhan tersebut membutuhkan sambutan dari luar.
Sex-appeal
adalah daya tarik yang kuat yang dapat membangkitkan seseorang pada nafsu-nafsu
seksual atau birahi terhadap jenis lain. Sedangkan nafsu exhibisionisme
mempunyai pengertian suatu keinginan yang kuat untuk memperlihatkan kepada orang
lain karena sifat jasmaniah yang dimiliki oleh seseorang, terutama dipergunakan
dalam hal-hal yang bersangkut paut dengan masalah seksualitas. Karena sifatnya
yang dating secara tiba-tiba dan dapat melemahkan kepribadian, seseorang akan
terdorong untuk berbuat sesuatu yang sifatnya erotis-seksual.
Dari penjelasan sseputar sex-appeal dan nafsu exhibisionisme diatas, hal-hal tersebut sudah menjadi suatu kewajaran di mata masyarakat, mulai dari pakaian anak-anak sampai orang tua tak luput dari kesan ketat dan transparan, pemakaian make-up tebal, aksesoris yang berlebihan dan sebagainya. Tanpa disadari masyarakat kita telah banyak mengadopsi kebudayaan barat, meskipun masyarakat kita tahu setiap gunting pakaian orang Barat memang disengaja untuk mengumbar syahwat.
Dari penjelasan sseputar sex-appeal dan nafsu exhibisionisme diatas, hal-hal tersebut sudah menjadi suatu kewajaran di mata masyarakat, mulai dari pakaian anak-anak sampai orang tua tak luput dari kesan ketat dan transparan, pemakaian make-up tebal, aksesoris yang berlebihan dan sebagainya. Tanpa disadari masyarakat kita telah banyak mengadopsi kebudayaan barat, meskipun masyarakat kita tahu setiap gunting pakaian orang Barat memang disengaja untuk mengumbar syahwat.
Realita yang ada
dalam perkembangan fashion di Indonesia dewasa ini adalah seringnya mengadopsi
budaya Barat yang kurang intens dengan unsur kerohanian atau agama, padahal
produksi fashion dalam negri-pun tak kalah kualitasnya. Seperti halnya pakaian-pakaian
tradisional yang jelas-jelas intens dengan kebudayaan ketimuran kita yang
syarat dengan konteks kerohanian. Namun, secara perlahan tapi pasti dan tanpa
kita sadari masyarakat kita telah terinfeksi sex-appeal dan nafsu
exhibisionisme. Sebagai contoh dua orang wanita cantik dan seksi berjalan lewat
di depan sekelompok pemuda yang sedang nongkrong di pinggir jalan, wanita
pertama melintas dengan berjilbab, memakai rok panjang dan kemeja muslimah
dengan make-up yang sederhana, sekitar dua meter di belakangnya berjalan
seorang wanita kedua dengan baju “hemat”, buah dada sedikit menantang, paha
yang hanya sedikit tertutup disertai make-up yang menggoda birahi. Secara
logika, wanita yang mana yang akan diganggu para pemuda, bahkan anak SD-pun
tahu jawabannya, begitu juga sebaliknya pada kaum laki-laki. Namun, etika
berpakaian kaum laki-laki di Indonesia masih relatif sopan. Dari contoh diatas,
sex-appeal dan nafsu exhibisionisme mampu melahirkan tekanan mental dan beban
moral baik terhadap diri sendiri maupun agama. Selain itu, sex-appeal dan nafsu
exhibisionisme juga berpengaruh terhadap kondisi ekonomi, baik individu maupun
negara.
Dengan menghindari sex-appeal dan nafsu
exhibisionisme, seseorang akan memperoleh bebbagi keuntungan, khususnya bagi
para wanita, karena hampir semua bagian tubuhnya mampu membangkitkan birahi
kaum laki-laki. Keuntungan tersebut antara lain adalah pertama, resiko agamis
relatif ringan. Kedua, lebih mengahargai kebudayaan bangsa sendiri yang sudah
seharusnya dijunjung tinggi. Ketiga, kemungkinan kita lebih dihormati oleh
bangsa-bangsa lain. Keempat, suatu pembabaran lapangan pekerjaan yang akan
terus bertambah, karena semakin besar pemakain produk domestik, berarti semakin
besar pula jumlah yang harus diproduksi.
2 comments:
tugas kuliah ya??? :-)
kotak komentarnya disemat di bawah post dong biar enak komennya hehe
salam kenal
Terimakasih sarannya mas Lutfi, sebenarnya itu bukan tugas kuliah, tapi artikel pesanan dari media islami.
Post a Comment