Oleh, Mang Oejank Indro
Sebagai tanda bukti kekuasaan Allah SWT, Allah menciptakan
manusia dalam dua jenis yang berlawanan sebagai jodohnya, ialah jenis pria dan
jenis wanita. Meskipun ada lagi jenis ketiga yaitu banci (khuntsa), namun itu
merupakan sebagian kecil ataupun merupakan pengecualian.
Berdasarkan hasil penyelidikan para sarjana yang ahli
golongan wanita di dunia ini sejak dari dulu sampai sekarang telah melalui tiga
periode dengan tingkatan falsafah dan pola fikir yang berbeda. Pertama,
golongan yang menghinakan wanita. Golongan ini mengartikan bahwa wanita bukan
jenis manusia, tetapi jenis binatang. Karena bukan jenis manusia, wanita pada
periode ini diperjual belikan, digadaikan ataupun ditukar-tambahkan layaknya
barang dagangan. Tidak lain wanita tersebut dijadikan sebagai alat pemuas nafsu
dan tidak mempunyai hak sama sekali, yang ada padanya adalah kewajiban semata.
Bila sudah tidak laku dijual, ia-pun dibuang seperti sampah. Kedua, Golongan
yang mendewakan wanita.
Golongan kedua ini beranggapan bahwa wanita harus dipuja dan dipuji, dimuliakan dan dihormati, disanjung dan dijunjung. Sebab apabila tidak disanjung kebutuhan untuk melepas nafsu seksual kaum laki-laki tidak dapat tersalurkan dengan baik. Mengingat kebutuhan koitus dan seks adalah kebutuhan pokok, maka wanita harus dijunjung setinggi mungkin. Ketiga, golongan yang menyama-ratakan. Adalah golongan yang mempunyai prinsip bahwa antara laki-laki dan perempuan tidak boleh dibeda-bedakan. Artinya, wanita dan laki-laki mempunyai peranan yang sama, hak dan kewajiban yang sama dan tidak ada selisih sedikitpun.
Golongan kedua ini beranggapan bahwa wanita harus dipuja dan dipuji, dimuliakan dan dihormati, disanjung dan dijunjung. Sebab apabila tidak disanjung kebutuhan untuk melepas nafsu seksual kaum laki-laki tidak dapat tersalurkan dengan baik. Mengingat kebutuhan koitus dan seks adalah kebutuhan pokok, maka wanita harus dijunjung setinggi mungkin. Ketiga, golongan yang menyama-ratakan. Adalah golongan yang mempunyai prinsip bahwa antara laki-laki dan perempuan tidak boleh dibeda-bedakan. Artinya, wanita dan laki-laki mempunyai peranan yang sama, hak dan kewajiban yang sama dan tidak ada selisih sedikitpun.
Dari ketiga golongan tersebut sepertinya sangat
melebih-lebihkan dalam menentukan nilai dan kedudukan seorang wanita. Sebagian
berlebihan dalam menghina, sebagian berlebihan dalam menyanjung dan sebagian
lagi mencoba menentang arus realita yang ada dengan menyamaratakan laki-laki
dan wanita dalam segala hal. Bertolak dari ketiga golongan tersebut, masyarakat
modern saat ini mungkin sudah menemukan jawabannya. Namun, soal wanita adalah
sekarang ini terkait dengan masyarakat. Oleh karena itu membicarakan hal-hal
yang terkait dengan wanita senantiasa hangat dan sangat menarik untuk
dibicarakan. Dari remaja sampai kakek-kakek terlihat antusias membicarakan
wanita. Di dalam Al-Qur’an sendiri Allah SWT telah memberikan perhatian yang
sangat khusus kepada kaum wanita. Terbukti bahwa dalam Al-Qur’an terdapat surat AN NISA’
(perempuan/wanita). Sedangkan surat
AR RIJAL (laki-laki) tidak ada.
Beberapa hal yang mendorong kenapa wanita selalu menjadi menu
hangat sebuah pembicaraan adalah yang pertama, jumlah kaum wanita jauh lebih
banyak dari pada kaum pria. Perbandingannya adalah 1:4 (surat An Nisa’ ayat 37). Selanjutnya yang
kedua, wanita adalah tiang Negara. Artinya, tegak atau runtuhnya Negara itu
sangat tergantung kaum wanitanya. Bila kaum wanitanya sholihah (baik),
negaranyapun baik. Sebaliknya bila kaum wanitanya thalihah (jelek),
negaranyapun hancur. Dari beberapa keterangan diatas, akan terlintas dalam
pikiran kita sebuah pertanyaan : “Mengapa islam mendiskriminasikan antara pria
dan wanita?.”
Islam merupakan agama yang tengah-tengah dan tidak
setengah-setengah, umat islam adalah “UMMATAN WASATHAN”, yaitu umat yang
tengah-tengah. Oleh karena itulah islam tidak menghinakan, tidak mendewakan dan
tidak menyamaratakan hak dan kewajiban sepenuhnya antara laki-laki dan wanita.
Islam memberikan konsep bahwa wanita juga manusia, bukan jenis binatang ataupun
yang lain. Wanita diciptakan Allah dari seorang laki-laki (Adam) dan sebagai teman
hidup/jodoh seorang laki-laki, seperti ditegaskan Allah dalam surat An Nisa’ ayat : 1 yang artinya sebagai
berikut :
“Wahai sekalian manusia, bertakwalah kamu
sekalian kepada tuhanmu yang telah menciptakan kaum dari jiwa yang satu, dari
padanya Allah menciptakan jodohnya dan dari keduanya (pula) Allah mengembang
biakkan menjadi laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu salin minta satusama lain, dan
(perliharalah) hubungan silaturrahmi. Sesungguhnya Allah Maha menjaga dan
mengawasimu” (An Nisa’ : 1).
Dari surat An Nisa’ ayat 1 tersebut sudah jelas bahwa
manusia itu hanya terdiri dari NAFSIN WAHIDATIN (jiwa yang satu) yaitu Nabi
Adam As. Dari Adam itu Allah menciptakan Hawa sebagai jodohnya, selanjutnya
manusia berkembang biak sampai jumlah yang tidak terhitung sampai saat ini.
Firman Allah diatas diperjelas oleh sabda Rosulullah SAW :
“Dari Abu Hurairah R. A berkata, Rasulullah
telah bersabda : “ Berwasiat baiklah kamu terhadap wanita, karena wanita itu
diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Maka kalau kamu meluruskannya dengan
kekerasan/paksa, pasi dia patah, dan jika kamu biarkan, dia tetap bengkok. Oleh
karena itu berwasiat baiklah kamu terhadap wanita”(H.R. Muttafaq
Alaih-RIYADIUS SHALIHIN, 148).
Dalam tafsirnya TAFSIR QUR’ANIL ADHIM, Abil Fida’ Ismail
bin Katsir Al Kuraisyi Ad Dimasyqi menjelaskan ayat 1 surat An Nisa’ pada Juz 11 halaman 448 :
“Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam yang sebelah kiri arah belakang. Saat
itu ia sedang tidur. Ketika ia sudah bangun dan menyaksikan disampingnya ada
seorang wanita yatu Hawa, dia tercengang. Adam merasa tertarik kepada Hawa,
Hawapun tertarik juga”.
Dalam mnghayati ayat tersebut ada dua golongan yang mempunyai
pendapat saling bertolak belakang. Letak perbedaan pemahaman kedua kelompok
tersebut adalah pemahaman tentang DLILA’ (tulang rusuk), sebagian pihak
menafsirkan dengan makna hakiki, dan sebagian lagi menafsirkan dengan makna
majazi. Bagi golongan yang memahami makna hakiki, mereka berkeyakinan bahwa
Hawa benar-benar diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam As. Sedangakan golongan
dengan pemahaman majazi mengartikan Hawa diciptakan Allah tidak dari tulang
rusuk yang sebenarnya, itu merupakan kiasan saja/bukan hakikat. Dari kedua
golongan tersebut, keduanya dapat dikompromikan. Bahwa Hawa memang benar-benar
diciptakan Allah dari tulang rusuk Nabi Adam. Karena wanita pertama diciptakan
dari tulang rusuk yang bengkok, maka dia sendiri dan wanita keturunannyapun
mengikuti jejak dari apa ia diciptakan. Wanita dikiaskan sebagai tulang rusuk,
dimaksudkan agar laki-laki yang berfungsi sebagai jodoh wanita tersebut
berhati-hati di dalam meluruskannya, agar tidak patah.
Melihat kenyataan seperti itu, yang harus berbicara adalah
hati kita, bukan ratio kita. Artinya, kita sebagai makhluk Allah yang memang
sudah menjadi qudrah dan iradah-Nya. Oleh karena itu bagaimanapun kondisi dan
situasinya seorang wanita maupun laki-laki harus menerima dengan keikhlasan dan
selalu bertawakkal. Dengan memahami ayat-ayat Al-Qu’an dan hadist-hadist
Rosulullah SAW, maka kita akan lebih memahami bahwa nilai dan kedudukan wanita
disamping nilai dan kedudukan lainnya, dia adalah jodoh orang laki-laki. Jodoh
dalam arti istri dan jodoh sebagai partner hidup. Bagi mereka yang menuntut
persamaan hak secara mutlak antara pria dan wanita, jelas merupakan harapan
yang hampa. Sebab hal itu tidak akan pernah mungkin terjadi. Karena dalam
sebuah firman surat
Al Imran : 36, Allah dengan tegas telah menjelaskan.
Bagi mereka yang mempunyai pandangan ekstrime dengan menyebut
wanita bukan manusia itupun bertentangan dengan sabda Rasulullah SAW yang
artinya adalah sebagai berikut : “Sesungguhnya wanita itu menjadi belahan kaum
pria.” (H.R. Ahmad, Turmudzi dan Abu Dawud dari Aisyah). Dalam istilah jawa,
wanita dikenal sebagai “garwo” yang merupakan singkatan dari “sigaring nyowo”,
artinya wanita itu belahan jiwa seorang laki-laki.
Dengan demikian, islam tidak menghinakan, mendewakan dan
menyamaratakan nilai dan kedudukan wanita dengan laki-laki. Karena antara
wanita dan laki-laki pasti mempunyai kelebihan, kekurangan dan kesamaan. Islam
tidak mengkultuskan wanita, tidak pula menuntut persamaan hak dan kewajiban
secara mutlak. Tetapi islam memberikan nilai dan kedudukan kaum wanita pada
proporsi yang sebenarnya, sesuai dengan kondisi fitrah yang dibawa oleh kaum
wanita. (Oi)
No comments:
Post a Comment