Tuesday, February 22, 2011

Garuda Siswa

-->
Bagian I : Kisah Kampungku

Jemariku mulai merayap. Mengalir bulir-bulir tinta dari pena berwarna hijau yang sudah mulai usang. Disebelahku tergeletak beberapa buku pelajaran sekolah. Aku hanya remaja yang menapaki jejak masa depan dengan pendidikan. Berupaya dengan gembira tanpa lelah mengunyah pengetahuan. Bercita mencari kehidupan yang indah setelah menikah.
Berfantasi sejenak. Aku sedang membayangkan beberapa sahabatku yang sedang menikmati masa muda mereka. Setidaknya hal itu tidak sering aku lakukan. Mereka adalah Asep Abdurrahman, Gito Iskandar, dan M. Rokhim. Sudah lama kehidupanku diwarnai oleh ketiga orang ini. Semenjak duduk di bangku taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas (SMA) kami selalu bersama.
Sudah hampir tiga belas tahun aku dan mereka menyandang predikat sahabat. Banyak hal yang pernah kami lewati bersama.  Asep Abdurrhman adalah seorang remaja yang lahir dari sepasang manusia yang bekerja sebagai tukang jahit keliling. Terkadang banyak baju dan beberapa celana dijahitnya. Kemampuan Asep dalam hal menjahit memang tidak diragukan lagi. Sejak usia 9 tahun ia sudah akrab dengan jarum dan benang. Bahkan kemampuan menjahitnya lebih baik dari sang ayah, Trisno.
Berbeda dengan Asep, Gito adalah putra tunggal yang dibesarkan oleh ayah semata wayangnya. Ya, ibunya meninggal ketika berjibaku melahirkannya. Rumah Gito hanya berjarak 10 meter dari rumahku. Kata bapak, aku dan Gito sering bertengkar waktu kecil. Sejak kecil Gito sering dititipkan ayahnya dirumahku. Ayah Gito adalah tukang sapu jalan Tol Manyar-Surabaya, dan sudah bekerja selama 20 tahun. Meskipun usianya sudah senja, ayah Gito tetap bugar dan suka menggoda janda kampung sebelah.
Sahabatku yang lain adalah Rokhim, atau akrab dipanggil Ochim, ia anak seorang pemulung kelas kakap. Orang tua Rokhim merupakan pemulung tertua di kampung ini. Mereka sudah menghabiskan 40 tahun hidup mereka sebagai pemulung. Ochim memiliki adik perempuan yang cantik. Namanya Khomsah, paggilan kerennya Ocha. Seperti kebanyakan gadis desa yang lain, Ocha sudah di inden oleh anak juragan beras kaya desa sebelah. Padahal aku sebernya menaruh hati kepadanya

****

Malam ini aku, Gito, Asep, dan Ochim berencana melihat pertunjukan wayang kulit di balai desa. kali ini dalangnya adalah dalang nomor wahid di kecamatan Bungah. Asep memakai sarung dan peci hitam agak kumal, aku tahu kalau sarung dan peci itu belum kering. "Sep, awakmu gak suker t cok gawe sarung karo peci model ngunu iku?" Tegur Gito.
"Biasa wae tel, g usom jaim-jaim jaman milenium"
"Eh, Chim, Katok mu bolong yo dus? nyungkan-nyungkani wae, cok!" Gerutuku.
“Hahahaha. Ora opo-opo, supaya gampang kalau pipis.” Jawab Ochim.

Bersambung....

No comments:

RESTORASI ARSIP KONVENSIONAL

RESTORASI ARSIP KONVENSIONAL Hasil Obervasi Restorasi Arsip Nasional RI dan Sinematek Indonesia Iswanda Fauzan S. ( LIS Rese...