Monday, March 7, 2011

Dimulai dengan Wayang: Alternatif Teknik Pembelajaran BIPA yang Interaktif


Nuny Sulistiany Idris
FPBS Universitas Pendidikan Indonesia
 
 ABSTRAK
Kemampuan guru mengajar yang baik akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satu yang dapat mengembangkan kemampuan guru adalah pemilihan teknik pembelajaran.Teknik pembelajaran yang variatif dan inovatif akan membangkitkan minat siswa dalam belajar bahasa. Salah satu teknik pembelajaran bahasa, terutama BIPA, ialah teknik interaktif. Teknik pembelajaran yang interaktif mensyaratkan adanya proses pembelajaran yang komunikatif, kesempatan siswa berekspresi, dan keintegratifan keterampilan berbahasa. Alternatif mengajarkan BIPA yang memenuhi syarat tersebut adalah  menggunakan wayang sebagai “pintu masuk” pembelajaran. Mengapa harus wayang? Orang asing yang belajar bahasa Indonesia , apalagi di Indonesia, sangat tertarik dengan budaya yang  tradisional.Dimulai dengan wayang, guru dapat mengajarkan berbagai keterampilan berbahasa, kosakata, struktur, budaya, dan seni secara interaktif. Tingkat kesulitan materi-materinya diajarkan sesuai dengan tingkatan siswa: pemula, menengah, atau lanjut. Hasil yang diperoleh dari teknik ini sangat menggembirakan.


1. Pengantar

Kemampuan guru dalam mengajar sangat mempengaruhi hasil belajar
siswa BIPA. Semakin baik seorang guru mengajar akan semakin baik pula hasil belajar yang dicapai oleh siswanya. Tentu saja hasil belajar mengajar yang baik itu dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya kondisi siswa, kondisi pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan teknik pembelajaran.
                        Pada makalah ini faktor yang akan menjadi sorotan adalah faktor teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru BIPA. Teknik pembelajaran yang variatif dan inovatif akan membangkitkan minat siswa terhadap proses belajar mengajar BIPA. Teknik pembelajaran yang dimaksud dalam makalah ini adalah teknik pembelajaran bahasa yang interaktif.             
                        Teknik pembelajaran bahasa yang interaktif menghasilkan situasi proses belajar mengajar yang interaktif pula. Menurut Rivers (1993:10) proses belajar mengajar bahasa yang interatif memungkinkan hal-hal berikut ini terjadi di kelas:
a. siswa banyak menyimak materi yang otentik;
b. siswa menyimak dan berbicara untuk merespon gambar atau objek tertentu baik dalam teknik pengajaran bermain peran maupun dalam teknik diskusi;
c. siswa terlibat dalam kerja kelompok;
d. siswa menonton film untuk mengetahui interaksi yang dilakukan oleh pem-bicara asli (native speaker);
e. siswa dapat meningkatkan kemampuan pelafalan melalui menyimak, bercakap-cakap, dan membaca puisi;
f. siswa mengetahui silang budaya yang terjadi;
g. siswa dapat berinteraksi dengan penulis dalam kegiatan membaca;
h. siswa dapat menulis sesuatu yang akan dibaca oleh orang lain, seperti mengarang secara berkelompok, menulis artikel di surat kabar, dan menulis pengumuman di papan pengumuman;
i. siswa belajar berbicara sekaligus pula belajar tatabahasa;
j. alat evaluasinya juga interaktif dan mengacu kepada kemahiran berbahasa;
k. tidak melupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat;
l. pengajaran bahasa untuk tujuan khusus.
Proses belajar mengajar yang interaktif akan menyenangkan siswa dan gu-
runya karena siswa menjadi mudah belajar bahasa target dan guru menjadi mudah mengajarkan bahasa target tersebut. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mendorong siswa melakukan komunikasi dalam bahasa target, baik secara lisan maupun tertulis. Pelajaran tatabahasa dapat dipelajari dengan praktis dan kosakata dapat dipelajari melalui hati.
Comeau dalam Rivers (1993: 58) berpendapat bahwa proses belajar meng-
ajar yang interaktif mensyaratkan hal-hal berikut ini:
a. proses belajar mengajar yang komunikatif;
b. adanya kesempatan siswa untuk berekspresi dalam bahasa target baik secara lisan maupun tertulis;
c. keintegratifan keterampilan berbahasa yang satu dengan keterampilan ber-bahasa yang lain.
Untuk pengajaran BIPA, teknik yang interaktif sangat baik digunakan
karena akan mempermudah siswa untuk mempelajari bahasa Indonesia dan membantu guru untuk mengajarkan bahasa Indonesia dengan menarik Alternatif mengajarkan BIPA yang memenuhi persyaratan di atas adalah menggunakan wayang sebagai “pintu masuk” proses belajar mengajar BIPA.

2. Mengapa Wayang?

Wayang sebagai salah satu alat seni tradisional Indonesia sangat khas bagi
orang asing. Walaupun di dunia ini sangat banyak jenis boneka, wayang tetap mempunyai kekhasan yang tidak dimiliki oleh boneka dari negara lain. Selain dari wujud atau bentuknya, kekhasan itu dapat terlihat pula dari cerita dan karakter setiap bentuk wayang.
Wayang sebagai alat pembelajaran mempunyai daya tarik tersendiri bagi
pembelajar BIPA. Hal ini dikarenakan setiap wujud wayang mempunyai karak-teristik  tertentu dan merupakan gambaran karakter tokoh tertentu, misalnya wayang yang berkarakter satria mempunyai bentuk yang berbeda dengan  wayang yang berkarakter pelayan (punakawan) atau raksasa. Dengan demikian, selain mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan segi kognitif, pembelajar BIPA pun dapat mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan segi afektif.
                        Cerita Mahabarata yang sangat filosofis dan kaya akan kisah para tokoh-nya dapat dijadikan bingkai proses belajar mengajar BIPA. Walaupun cerita Mahabarata bukan cerita asli Indonesia, tetapi wujud wayangnya, baik wayang golek maupun wayang kulit, merupakan produk muatan lokal. Muatan lokal yang berbau seni dan budaya biasanya menarik perhatian pembelajar BIPA.

 Transformasi budaya Indonesia pada proses belajar mengajar BIPA dapat
membantu para pembelajar BIPA menguasai bahasa Indonesia dengan cepat. Se-makin tahu akan budaya Indonesia, semakin tinggi rasa percaya diri pembelajar BIPA dalam menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan.

3. Dimulai dengan Wayang

3.1 BIPA Tingkat Dasar
     3.1.1 Skenario Pembelajaran
          3.1.1.1 Tujuan Pembelajaran:
1) siswa dapat menggunakan kosakata yang berkaitan dengan wayang dalam bentuk kalimat yang baik;
2) siswa dapat menulis dialog  tentang ”Di Bioskop”;
3) siswa dapat melakukan percakapan tentang materi “Di Bioskop”;
4) siswa dapat membuat kalimat dengan struktur yang tepat;
5) siswa dapat menyimak dialog dengan baik;
6) siswa dapat membetulkan kalimat yang salah dengan tepat.
3.1.1.2  Media Pembelajaran
1) wayang golek
2) kaset wayang
3) tape recorder
3.1.1.3  Teknik Pembelajaran 
1) siswa menyimak penjelasan guru mengenai “ihwal wayang”
2) siswa berdiskusi untuk mengumpulkan kosakata yang berkaitan dengan wayang sebanyak-banyaknya;
3) siswa membuat kalimat dengan kosakata baru yang didapatkan dari hasil diskusi;
4) siswa membuat dialog dengan tema “Di Bioskop” secara berkelompok;
5) siswa bermain peran berdasarkan rancangan dialog yang telah ditulis secara berkelompok dengan diiringi musik wayang golek;
6) siswa berdiskusi tentang kesalahan-kesalahan diksi atau struktur yang dilakukan temannya;
7) siswa memparafrasekan dialog ke dalam bentuk paragraf singkat;
8) hasil tulisan siswa dibahas dan didiskusikan;
9) siswa memilih kelompok yang paling baik.           
3.1.1.4  Evaluasi
       Evaluasi yang dilakukan evaluasi proses dengan bantuan daftar isian dan eva-
                 luasi hasil pembelajaran dengan tes tertulis.         

3.1.2  Telaah Hasil Pekerjaan Siswa

                        Berikut ini adalah contoh dialog yang ditulis oleh pembelajar BIPA .

Arjuna di bioskop menunggu Srikandi.
Arjuna:    Di mana Srikandi? Mungkin dia tak mau pergi ke bioskop!
Srikandi:  Met malem. Arjuna
Arjuna :  Met malem – apa kabar?
Srikandi: Kabar baik ma’ kasih dong, dan mu?
Arjuna:   Baik juga, kamu melihat cantik sekali, matanya melihat pesona.
Srikandi  Ah deh, saya malu. Tapi saya udah mendengar bahwa anda adalah
               playboy. Dan bahwa anda sudah kawin.
Arjuna:   Nggak. Saya bukan playboy – saya tampan dan gagar hanya.
Srikandi: Nih bener mungkin
Arjuna:   Mari kita pergi ke filem
Sikandi:  Ya dong, tapi nggak cobain cium saya di filem
Arjuna:   Jangan kuatir! Tapi filem itu mengenai dua orang yang jatuh cinta-
               seperti Arjuna dan Srikandi.
Srikandi: Nggak, saya mau pulang ke rumah saya. Saya pikir bahwa Arjuna
                    adalah playboy.  

            Berdasarkan dialog yang dibuat oleh pembelajar BIPA di atas, dapat kita ketahui bahwa mereka berusaha menggunakan bahasa yang otentik, yaitu bahasa yang sehari-hari digunakan, dalam hal ini bahasa yang digunakan  oleh remaja Indonesia. Sebagai guru BIPA, kita tinggal mengarahkan dan memberi tahu kapan, di mana, bagaimana, dan dengan siapa ragam bahasa remaja itu digunakan. Selain itu, kita juga membetulkan struktur kalimat serta diksi yang digunakan. Teknik pembelajarannya disesuaikan dengan tujuan pemeblajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
            Dalam pembelajarannya, telaah yang dapat dilakukan siswa dan guru BIPA adalah sebagai berikut ini:
a. menginventarisasikan kosakata ragam bahasa remaja dan mendiskusikan ragam bahasa standarnya;
b. menginventarisasikan kesalahan struktur yang meliputi: struktur kalimat,
partikel, imbuhan, dan kata seru selanjutnya mendiskusikan bentuk yang betulnya;
c. menginventarisasikan kesalahan diksi yang dipilih dan mendiskusikan diksi
yang tepatnya.
                 Dengan berdiskusi, para pembelajar BIPA dapat segera mengetahui kesalahan
                 yang telah dibuatnya dan segera memperbaikinya.Selain mempelajari struktur,
                 pembelajar BIPA juga mempelajari cara mengungkapkan pendapat, menolak
                 pendapat, atau cara menerima pendapat orang lain dengan bahasa yang prag-
                 matis.         

3.2 BIPA TINGKAT MENENGAH

3.2.1 Skenario Pembelajaran
3.2.1.1 Tujuan Pembelajaran
1) siswa dapat menemukan kosakata yang berkaitan dengan wayang yang tergolong ajektiva;
2) siswa dapat menemukan antonim dan sinonim dari ajektiva yang telah didapatnya;
3) siswa dapat melakukan percakapan tentang “Mengajak Berkencan”;
4) siswa dapat membetulkan kesalahan dalam sebuah dialog;
5) siswa dapat membuat kalimat yang baik;
6) siswa dapat membuat karangan tentang “cerita yang populer di negaranya”.
3.2.2 Media pembelajaran
1) wayang golek
2) tape recorder
3) kaset wayang golek           
3.2.3 Teknik Pembelajaran
1) siswa menyimak penjelasan guru tentang “ihwal wayang”;
2) siswa berdiskusi untuk menemukan ajektiva yang berhubungan dengan wujud wayang yang dilihatnya;
3) siswa berdiskusi untuk menemukan sinonim dan antonim dari ajektiva yang telah didapatnya;
4) siswa bermain peran melalui wayang          menggunakan beberapa kata ajektiva yang telah diperoleh sebelumnya;
5) siswa berdiskusi tentang kesalahan dialog yang dilakukan oleh kelompok
lain;
6) siswa membuat karangan singkat tentang cerita yang populer di negara-
nya.
3.2.4 Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil tulisan siswa berdasarkan ketentuan penilaian tes menulis.
     
3.2.2 Telaah Hasil Pekerjaan Siswa               

   Berikut ini adalah contoh sebagian karangan singkat pembelajar BIPA tingkat menengah.

                        Cerita Kuno Jepang dan Sifat Orang Jepang

            Di Jepang juga ada cerita-cerita seperti cerita rakyat di Indonesia yang disebut “Mukashi-Banashi”, artinya cerita kuno. Tidak semua tetapi beberapa “Mukashi-banashi” bermutu bagus sebagai sastra. Cerita-cerita itu beraneka ragam pada hal topiknya atau situasinya, tetapi umumnya beberapa pola mirip bisa dianggap dalam hampir semua cerita kuno itu. ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Kenyataannya beberapa ceritanya berfungsi guru etika kepada anak kecil di Jepang. Bagaimanapun ajaran tersebut terlihat dari segi politik sebagai propaganda oleh penguasa negara? Saya belum tahu cerita yang mengingatkan kepentingan keadilan dan daya pikir sendiri. Hal itu mungkin berhubungan dengan sifat orang Jepang atau masyarakat Jepang.

            Berdasarkan hasil karangan pembelajar BIPA di atas. Kita dapat mem-bedakan jenis kesalahan yang dibuat oleh pembelajar BIPA tingkat dasar dengan tingkat menengah. Kesalahan yang paling banyak terdapat pada karangan tersebut adalah kesalahan struktur kalimat yang mengakibatkan ketidakjelasan fungsi kalimatnya (subjek atau predikat kalimatnya) dan beberapa diksi yang kurang tepat.
            Pada pembelajarannya dapat dilakukan hal-hal berikut ini sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
              1.   mendiskusikan isi karangan yang dibuat oleh pembelajar BIPA;
 2.   mengidentifikasi jenis kesalahan yang ada dalam karangan tersebut;
              3.   mendiskusikan bentuk-bentuk perbaikannya.

3.3       BIPA TINGKAT LANJUT  

3.3.1 Skenario Pembelajaran

3.3.1.1 Tujuan Pembelajaran
1) siswa dapat menjelaskan karakter setiap tokoh wayang dengan baik;
2) siswa dapat berdiskusi dengan memerankah salah satu tokoh wayang yang dipilihnya dengan tema “Perbedaan Australia dengan Indonesia”;
3) siswa dapat menceritakan kembali ringkasan salah satu dialog secara lisan;
4) siswa dapat menceritakan kembali ringkasan salah satu dialog secara tertulis.
3.3.1.2 Media Pembelajaran
1) wayang golek
2) tape recorder
3) kaset wayang
3.3.1.3 Teknik Pembelajaran
1) siswa menyimak penjelasan guru mengenai ringkasan salah satu bagian ki-
sah pewayangan;
2) siswa berdiskusi tentang karakter setiap tokoh wayang secara berkelompok;
3) siswa berdiskusi dengan bermain peran menggunakan salah satu wayang tentang materi yang telah ditentukannya;
4) siswa berdiskusi tentang kesalahan-kesalahan dalam dialog yang dilakukan oleh kelompok yang lain;
5) siswa menceritakan kembali hasil diskusi kelompoknya secara lisan;
6) siswa menceritakan kembali hasil diskusi kelompoknya secara tertulis.
3.3.1.4 Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil belajar berdasarkan karangan siswa.


3.3 Hasil Telaah Pekerjaan Siswa

                        Berikut ini adalah contoh hasil karangan pembelajar BIPA yang meng-
            ambil tema “Perbedaan Australia dengan Indonesia”.
           

                        Ada banyak perbedaan diantara kota Bandung dan kota Melbourne, misalnya cuaca, orang-orang, tempat wisatawan, perumahan, lalu lintas dan transportasi, Televisi, makanan, belanja, pendidikan, dan tempat malam.
Di Indonesia cuaca berbeda dari Australia karena seringkali cuaca di Indonesia lebih panas dan lembab daripada cuaca di Australia. Selama musim hujan di Indonesia, cuaca masih panas. Sementara di Australia cuaca dalam musim dingin
Sekali dan di kota Melbourne kadang-kadang lima derajat celcius saja.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
                        Pada pendapat kami, penduduk Bandung khususnya di UPI dan di Hotel Grand Lembang, adalah orang yang paling ramah di dunia. Mereka selalu mengu-capkan “apa kabar” dan mau berbicara dengan kami. Kami mempunyai banyak teman baru ketika kami pegi ke kota dan menjadi hilang, ada selalu orang yang akan menolong pulang.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..                                      Walaupun ada beberapa perbedaan diantara kedua negara dan kota, karena kami bisa bebicara Bahasa Indonesia dan tahu tentang kebudayaan kami bisa pergi kemana-mana dan merasa senang. Kota Bandung yang kata bagus karena orang-orang yang ramah, makanan yang enak, bioskop seperti Australia, televisi yang selalu tertarik, tempat wisatawan yang indah dan berbelanja yang bagus sekali.

            Berdasarkan hasil karangan pembelajar BIPA  tingkat lanjut di atas, dapat dilihat   
            jenis kesalahan yang dibuatnya tidak jauh berbeda dengan kesalahan pembelajar 
            pembelajar BIPA tingkat menengah. Kesalahan struktur kalimat dan kata masih
            terlihat walaupun tidak sebanyak pada tingkat menengah dan tingkat dasar.
                        Pada proses belajar mengajarnya dapat dilakukan hal-hal berikut ini:
            1)   mendiskusikan isi karangan siswa;          
       2)   mengklasifikasi jenis kesalahan yang banyak dibuat siswa;
       3)   mendiskusikan bentuk perbaikannya bersama-sama.

4. Penutup
                        Dengan menggunakan Dimulai dengan Wayang ini dalam proses belajar mengajar BIPA, terlihat jelas antusias pembelajar BIPA. Mereka senang bermain peran menggunakan wayang apalagi kalau memainkan cerita pewayangan. Siswa yang malu dan ragu-ragu mengemukakan pendapat atau bercakap-cakap merasa tertolong oleh wujud wayang ini. Kadang-kadang mereka merasa bahwa dirinya adalah seorang dalang karena mereka bermain dengan diiringi musik atau gamelan wayang golek. Mereka merasa bahwa yang berbicara itu bukan dirinya melainkan wayang yang dimainkannya, sehingga rasa percaya diri mereka dalam mengguna-kan bahasa Indonesia semakin meningkat.
                        Hasil belajar siswa di kelas menunjukkan adanya peningkatan karena mereka belajar dengan gembira dan terangkumnya berbagai keterampilan berbahasa dalam setiap proses belajar mengajar. Dengan demikian, Dimulai dengan Wayang dapat dijadikan alternatif teknik pembelajaran yang interaktif bagi proses belajar mengajar BIPA.
                        Jika guru akan menerapkan Dimulai dengan Wayang dalam proses bel-
          ajar mengajar BIPA, maka dia harus membekali dirinya dengan pengetahuan ihwal
          wayang. Karena teknik bermain peran (role play) memegang peranan yang pen-
          ting dalam teknik pembelajaran ini, pengetahuan teknik bermain peran pun harus
          dikuasai. Pengetahuan tentang wayang dan teknik bermain peran sangat menentu-
          kan keberhasilan proses belajar mengajar ini.
                        Setiap orang itu mempunyai sikap dan kesantunan yang berbeda dalam   
          berkomunikasi dengan orang lain (Joyce dan Weil, 1986:243). Karenanya teknik
          bermain peran ini dapat membantu siswa dalam belajar suatu bahasa serta keprag-
          matisan penggunaannya. Untuk menyiasati siswa yang pemalu atau takut dalam
          teknik bermain peran ini digunakanlah wayang sebagai alat bantu pembelajaran.
                        Dengan demikian, wayang dapat membantu guru untuk mengajarkan
          BIPA sekaligus pula mengajarkan budaya dan seni. Semoga bermanfaat!     






















           DAFTAR PUSTAKA

           Sadiman, Arief.dkk. 1990. Media Pendidikan. Jakarta: CV Rajawali
            Joyce, Bruce.dkk. 1986. Models of Teaching. New Jersey: Prentice Hall.
           Rivers, Wilga M. 1993. Interactive Language Teaching. Cambridge:
                                                  University Press.                              




           














































                                               





























                         






































                       



























                       








































           




























        
    
    
    
??

??

??

??

1


1


No comments:

RESTORASI ARSIP KONVENSIONAL

RESTORASI ARSIP KONVENSIONAL Hasil Obervasi Restorasi Arsip Nasional RI dan Sinematek Indonesia Iswanda Fauzan S. ( LIS Rese...