Nuny Sulistiany
Idris
FPBS Universitas
Pendidikan Indonesia
Kemampuan guru
mengajar yang baik akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satu yang dapat
mengembangkan kemampuan guru adalah pemilihan teknik pembelajaran.Teknik
pembelajaran yang variatif dan inovatif akan membangkitkan minat siswa dalam
belajar bahasa. Salah satu teknik pembelajaran bahasa, terutama BIPA, ialah
teknik interaktif. Teknik pembelajaran yang interaktif mensyaratkan adanya
proses pembelajaran yang komunikatif, kesempatan siswa berekspresi, dan
keintegratifan keterampilan berbahasa. Alternatif mengajarkan BIPA yang
memenuhi syarat tersebut adalah menggunakan
wayang sebagai “pintu masuk” pembelajaran. Mengapa harus wayang? Orang asing
yang belajar bahasa Indonesia , apalagi di Indonesia, sangat tertarik dengan
budaya yang tradisional.Dimulai dengan
wayang, guru dapat mengajarkan berbagai keterampilan berbahasa, kosakata,
struktur, budaya, dan seni secara interaktif. Tingkat kesulitan
materi-materinya diajarkan sesuai dengan tingkatan siswa: pemula, menengah,
atau lanjut. Hasil yang diperoleh dari teknik ini sangat menggembirakan.
1. Pengantar
Kemampuan guru
dalam mengajar sangat mempengaruhi hasil belajar
siswa BIPA.
Semakin baik seorang guru mengajar akan semakin baik pula hasil belajar yang
dicapai oleh siswanya. Tentu saja hasil belajar mengajar yang baik itu
dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya kondisi siswa, kondisi pembelajaran, materi
pembelajaran, media pembelajaran, dan teknik pembelajaran.
Pada makalah ini faktor
yang akan menjadi sorotan adalah faktor teknik pembelajaran yang digunakan oleh
guru BIPA. Teknik pembelajaran yang variatif dan inovatif akan membangkitkan
minat siswa terhadap proses belajar mengajar BIPA. Teknik pembelajaran yang
dimaksud dalam makalah ini adalah teknik pembelajaran bahasa yang interaktif.
Teknik pembelajaran
bahasa yang interaktif menghasilkan situasi proses belajar mengajar yang
interaktif pula. Menurut Rivers (1993:10) proses belajar mengajar bahasa yang
interatif memungkinkan hal-hal berikut ini terjadi di kelas:
a. siswa banyak
menyimak materi yang otentik;
b. siswa
menyimak dan berbicara untuk merespon gambar atau objek tertentu baik dalam teknik
pengajaran bermain peran maupun dalam teknik diskusi;
c. siswa
terlibat dalam kerja kelompok;
d. siswa
menonton film untuk mengetahui interaksi yang dilakukan oleh pem-bicara asli
(native speaker);
e. siswa dapat
meningkatkan kemampuan pelafalan melalui menyimak, bercakap-cakap, dan membaca
puisi;
f. siswa
mengetahui silang budaya yang terjadi;
g. siswa dapat
berinteraksi dengan penulis dalam kegiatan membaca;
h. siswa dapat
menulis sesuatu yang akan dibaca oleh orang lain, seperti mengarang secara berkelompok,
menulis artikel di surat
kabar, dan menulis pengumuman di papan pengumuman;
i. siswa belajar
berbicara sekaligus pula belajar tatabahasa;
j. alat
evaluasinya juga interaktif dan mengacu kepada kemahiran berbahasa;
k. tidak
melupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat;
l. pengajaran
bahasa untuk tujuan khusus.
Proses belajar
mengajar yang interaktif akan menyenangkan siswa dan gu-
runya karena
siswa menjadi mudah belajar bahasa target dan guru menjadi mudah mengajarkan
bahasa target tersebut. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mendorong siswa
melakukan komunikasi dalam bahasa target, baik secara lisan maupun tertulis.
Pelajaran tatabahasa dapat dipelajari dengan praktis dan kosakata dapat
dipelajari melalui hati.
Comeau dalam
Rivers (1993: 58) berpendapat bahwa proses belajar meng-
ajar yang
interaktif mensyaratkan hal-hal berikut ini:
a. proses
belajar mengajar yang komunikatif;
b. adanya
kesempatan siswa untuk berekspresi dalam bahasa target baik secara lisan maupun
tertulis;
c. keintegratifan
keterampilan berbahasa yang satu dengan keterampilan ber-bahasa yang lain.
Untuk pengajaran
BIPA, teknik yang interaktif sangat baik digunakan
karena akan
mempermudah siswa untuk mempelajari bahasa Indonesia dan membantu guru untuk
mengajarkan bahasa Indonesia dengan menarik Alternatif mengajarkan BIPA yang
memenuhi persyaratan di atas adalah menggunakan wayang sebagai “pintu masuk”
proses belajar mengajar BIPA.
2. Mengapa
Wayang?
Wayang sebagai
salah satu alat seni tradisional Indonesia sangat khas bagi
orang asing.
Walaupun di dunia ini sangat banyak jenis boneka, wayang tetap mempunyai
kekhasan yang tidak dimiliki oleh boneka dari negara lain. Selain dari wujud
atau bentuknya, kekhasan itu dapat terlihat pula dari cerita dan karakter
setiap bentuk wayang.
Wayang sebagai
alat pembelajaran mempunyai daya tarik tersendiri bagi
pembelajar BIPA.
Hal ini dikarenakan setiap wujud wayang mempunyai karak-teristik tertentu dan merupakan gambaran karakter
tokoh tertentu, misalnya wayang yang berkarakter satria mempunyai bentuk yang
berbeda dengan wayang yang berkarakter
pelayan (punakawan) atau raksasa. Dengan demikian, selain mempelajari hal-hal
yang berkaitan dengan segi kognitif, pembelajar BIPA pun dapat mempelajari
hal-hal yang berkaitan dengan segi afektif.
Cerita Mahabarata yang
sangat filosofis dan kaya akan kisah para tokoh-nya dapat dijadikan bingkai
proses belajar mengajar BIPA. Walaupun cerita Mahabarata bukan cerita asli Indonesia ,
tetapi wujud wayangnya, baik wayang golek maupun wayang kulit, merupakan produk
muatan lokal. Muatan lokal yang berbau seni dan budaya biasanya menarik
perhatian pembelajar BIPA.
Transformasi budaya Indonesia pada proses belajar
mengajar BIPA dapat
membantu para
pembelajar BIPA menguasai bahasa Indonesia dengan cepat. Se-makin tahu akan
budaya Indonesia , semakin
tinggi rasa percaya diri pembelajar BIPA dalam menggunakan bahasa Indonesia , baik
lisan maupun tulisan.
3. Dimulai
dengan Wayang
3.1 BIPA Tingkat
Dasar
3.1.1 Skenario Pembelajaran
3.1.1.1 Tujuan Pembelajaran:
1) siswa dapat
menggunakan kosakata yang berkaitan dengan wayang dalam bentuk kalimat yang
baik;
2) siswa dapat
menulis dialog tentang ”Di Bioskop”;
3) siswa dapat
melakukan percakapan tentang materi “Di Bioskop”;
4) siswa dapat membuat
kalimat dengan struktur yang tepat;
5) siswa dapat
menyimak dialog dengan baik;
6) siswa dapat
membetulkan kalimat yang salah dengan tepat.
3.1.1.2 Media Pembelajaran
1) wayang golek
2) kaset wayang
3) tape recorder
3.1.1.3 Teknik Pembelajaran
1) siswa
menyimak penjelasan guru mengenai “ihwal wayang”
2) siswa
berdiskusi untuk mengumpulkan kosakata yang berkaitan dengan wayang
sebanyak-banyaknya;
3) siswa membuat
kalimat dengan kosakata baru yang didapatkan dari hasil diskusi;
4) siswa membuat
dialog dengan tema “Di Bioskop” secara berkelompok;
5) siswa bermain
peran berdasarkan rancangan dialog yang telah ditulis secara berkelompok dengan
diiringi musik wayang golek;
6) siswa
berdiskusi tentang kesalahan-kesalahan diksi atau struktur yang dilakukan
temannya;
7) siswa
memparafrasekan dialog ke dalam bentuk paragraf singkat;
8) hasil tulisan
siswa dibahas dan didiskusikan;
9) siswa memilih
kelompok yang paling baik.
3.1.1.4 Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan evaluasi proses
dengan bantuan daftar isian dan eva-
luasi hasil pembelajaran dengan tes tertulis.
3.1.2 Telaah Hasil Pekerjaan Siswa
Berikut ini adalah
contoh dialog yang ditulis oleh pembelajar BIPA .
Arjuna di
bioskop menunggu Srikandi.
Arjuna: Di mana Srikandi? Mungkin dia tak mau pergi
ke bioskop!
Srikandi: Met malem. Arjuna
Arjuna : Met malem – apa kabar?
Srikandi: Kabar
baik ma’ kasih dong, dan mu?
Arjuna: Baik juga, kamu melihat cantik sekali,
matanya melihat pesona.
Srikandi Ah deh, saya malu. Tapi saya udah mendengar
bahwa anda adalah
playboy. Dan bahwa anda sudah
kawin.
Arjuna: Nggak. Saya bukan playboy – saya tampan dan
gagar hanya.
Srikandi: Nih
bener mungkin
Arjuna: Mari kita pergi ke filem
Sikandi: Ya dong, tapi nggak cobain cium saya di filem
Arjuna: Jangan kuatir! Tapi filem itu mengenai dua
orang yang jatuh cinta-
seperti Arjuna dan Srikandi.
Srikandi: Nggak,
saya mau pulang ke rumah saya. Saya pikir bahwa Arjuna
adalah playboy.
Berdasarkan dialog yang dibuat oleh
pembelajar BIPA di atas, dapat kita ketahui bahwa mereka berusaha menggunakan
bahasa yang otentik, yaitu bahasa yang sehari-hari digunakan, dalam hal ini
bahasa yang digunakan oleh remaja Indonesia .
Sebagai guru BIPA, kita tinggal mengarahkan dan memberi tahu kapan, di mana,
bagaimana, dan dengan siapa ragam bahasa remaja itu digunakan. Selain itu, kita
juga membetulkan struktur kalimat serta diksi yang digunakan. Teknik
pembelajarannya disesuaikan dengan tujuan pemeblajaran yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Dalam pembelajarannya, telaah yang
dapat dilakukan siswa dan guru BIPA adalah sebagai berikut ini:
a.
menginventarisasikan kosakata ragam bahasa remaja dan mendiskusikan ragam
bahasa standarnya;
b.
menginventarisasikan kesalahan struktur yang meliputi: struktur kalimat,
partikel,
imbuhan, dan kata seru selanjutnya mendiskusikan bentuk yang betulnya;
c.
menginventarisasikan kesalahan diksi yang dipilih dan mendiskusikan diksi
yang tepatnya.
Dengan berdiskusi, para pembelajar BIPA dapat segera mengetahui
kesalahan
yang telah dibuatnya dan segera memperbaikinya.Selain mempelajari
struktur,
pembelajar BIPA juga mempelajari cara mengungkapkan pendapat, menolak
pendapat, atau cara menerima pendapat orang lain dengan bahasa yang
prag-
matis.
3.2 BIPA TINGKAT
MENENGAH
3.2.1 Skenario
Pembelajaran
3.2.1.1 Tujuan
Pembelajaran
1) siswa dapat
menemukan kosakata yang berkaitan dengan wayang yang tergolong ajektiva;
2) siswa dapat
menemukan antonim dan sinonim dari ajektiva yang telah didapatnya;
3) siswa dapat
melakukan percakapan tentang “Mengajak Berkencan”;
4) siswa dapat
membetulkan kesalahan dalam sebuah dialog;
5) siswa dapat
membuat kalimat yang baik;
6) siswa dapat
membuat karangan tentang “cerita yang populer di negaranya”.
3.2.2 Media
pembelajaran
1) wayang golek
2) tape recorder
3) kaset wayang
golek
3.2.3 Teknik
Pembelajaran
1) siswa
menyimak penjelasan guru tentang “ihwal wayang”;
2) siswa
berdiskusi untuk menemukan ajektiva yang berhubungan dengan wujud wayang yang
dilihatnya;
3) siswa
berdiskusi untuk menemukan sinonim dan antonim dari ajektiva yang telah
didapatnya;
4) siswa bermain
peran melalui wayang menggunakan
beberapa kata ajektiva yang telah diperoleh sebelumnya;
5) siswa
berdiskusi tentang kesalahan dialog yang dilakukan oleh kelompok
lain;
6) siswa membuat
karangan singkat tentang cerita yang populer di negara-
nya.
3.2.4 Evaluasi
Evaluasi yang
dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil tulisan siswa berdasarkan
ketentuan penilaian tes menulis.
3.2.2 Telaah
Hasil Pekerjaan Siswa
Berikut ini adalah contoh sebagian karangan
singkat pembelajar BIPA tingkat menengah.
Cerita Kuno Jepang dan
Sifat Orang Jepang
Di Jepang juga ada cerita-cerita
seperti cerita rakyat di Indonesia
yang disebut “Mukashi-Banashi”, artinya cerita kuno. Tidak semua tetapi
beberapa “Mukashi-banashi” bermutu bagus sebagai sastra. Cerita-cerita itu
beraneka ragam pada hal topiknya atau situasinya, tetapi umumnya beberapa pola
mirip bisa dianggap dalam hampir semua cerita kuno itu.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Kenyataannya
beberapa ceritanya berfungsi guru etika kepada anak kecil di Jepang.
Bagaimanapun ajaran tersebut terlihat dari segi politik sebagai propaganda oleh
penguasa negara? Saya belum tahu cerita yang mengingatkan kepentingan keadilan
dan daya pikir sendiri. Hal itu mungkin berhubungan dengan sifat orang Jepang
atau masyarakat Jepang.
Berdasarkan hasil karangan
pembelajar BIPA di atas. Kita dapat mem-bedakan jenis kesalahan yang dibuat
oleh pembelajar BIPA tingkat dasar dengan tingkat menengah. Kesalahan yang
paling banyak terdapat pada karangan tersebut adalah kesalahan struktur kalimat
yang mengakibatkan ketidakjelasan fungsi kalimatnya (subjek atau predikat
kalimatnya) dan beberapa diksi yang kurang tepat.
Pada pembelajarannya dapat dilakukan
hal-hal berikut ini sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
sebelumnya.
1. mendiskusikan isi karangan yang dibuat oleh
pembelajar BIPA;
2.
mengidentifikasi jenis kesalahan yang ada dalam karangan tersebut;
3. mendiskusikan bentuk-bentuk perbaikannya.
3.3 BIPA TINGKAT LANJUT
3.3.1 Skenario
Pembelajaran
3.3.1.1 Tujuan
Pembelajaran
1) siswa dapat
menjelaskan karakter setiap tokoh wayang dengan baik;
2) siswa dapat
berdiskusi dengan memerankah salah satu tokoh wayang yang dipilihnya dengan
tema “Perbedaan Australia
dengan Indonesia ”;
3) siswa dapat
menceritakan kembali ringkasan salah satu dialog secara lisan;
4) siswa dapat
menceritakan kembali ringkasan salah satu dialog secara tertulis.
3.3.1.2 Media
Pembelajaran
1) wayang golek
2) tape recorder
3) kaset wayang
3.3.1.3 Teknik
Pembelajaran
1) siswa
menyimak penjelasan guru mengenai ringkasan salah satu bagian ki-
sah pewayangan;
2) siswa
berdiskusi tentang karakter setiap tokoh wayang secara berkelompok;
3) siswa
berdiskusi dengan bermain peran menggunakan salah satu wayang tentang materi
yang telah ditentukannya;
4) siswa
berdiskusi tentang kesalahan-kesalahan dalam dialog yang dilakukan oleh
kelompok yang lain;
5) siswa
menceritakan kembali hasil diskusi kelompoknya secara lisan;
6) siswa
menceritakan kembali hasil diskusi kelompoknya secara tertulis.
3.3.1.4 Evaluasi
Evaluasi yang
dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil belajar berdasarkan
karangan siswa.
3.3 Hasil Telaah
Pekerjaan Siswa
Berikut ini adalah
contoh hasil karangan pembelajar BIPA yang meng-
ambil tema “Perbedaan Australia dengan Indonesia ”.
Di Indonesia
cuaca berbeda dari Australia
karena seringkali cuaca di Indonesia
lebih panas dan lembab daripada cuaca di Australia . Selama musim hujan di Indonesia ,
cuaca masih panas. Sementara di Australia cuaca dalam musim dingin
Sekali dan di kota Melbourne
kadang-kadang lima
derajat celcius saja.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Pada pendapat kami,
penduduk Bandung
khususnya di UPI dan di Hotel Grand Lembang, adalah orang yang paling ramah di
dunia. Mereka selalu mengu-capkan “apa kabar” dan mau berbicara dengan kami.
Kami mempunyai banyak teman baru ketika kami pegi ke kota dan menjadi hilang, ada selalu orang
yang akan menolong pulang.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. Walaupun
ada beberapa perbedaan diantara kedua negara dan kota , karena kami bisa bebicara Bahasa
Indonesia dan tahu tentang kebudayaan kami bisa pergi kemana-mana dan merasa
senang. Kota Bandung yang kata bagus karena orang-orang yang ramah, makanan
yang enak, bioskop seperti Australia ,
televisi yang selalu tertarik, tempat wisatawan yang indah dan berbelanja yang
bagus sekali.
Berdasarkan hasil karangan
pembelajar BIPA tingkat lanjut di atas,
dapat dilihat
jenis kesalahan yang dibuatnya tidak
jauh berbeda dengan kesalahan pembelajar
pembelajar BIPA tingkat menengah.
Kesalahan struktur kalimat dan kata masih
terlihat walaupun tidak sebanyak
pada tingkat menengah dan tingkat dasar.
Pada proses belajar
mengajarnya dapat dilakukan hal-hal berikut ini:
1)
mendiskusikan isi karangan siswa;
2)
mengklasifikasi jenis kesalahan yang banyak dibuat siswa;
3)
mendiskusikan bentuk perbaikannya bersama-sama.
4. Penutup
Dengan menggunakan
Dimulai dengan Wayang ini dalam proses belajar mengajar BIPA, terlihat jelas
antusias pembelajar BIPA. Mereka senang bermain peran menggunakan wayang
apalagi kalau memainkan cerita pewayangan. Siswa yang malu dan ragu-ragu
mengemukakan pendapat atau bercakap-cakap merasa tertolong oleh wujud wayang
ini. Kadang-kadang mereka merasa bahwa dirinya adalah seorang dalang karena
mereka bermain dengan diiringi musik atau gamelan wayang golek. Mereka merasa
bahwa yang berbicara itu bukan dirinya melainkan wayang yang dimainkannya,
sehingga rasa percaya diri mereka dalam mengguna-kan bahasa Indonesia semakin
meningkat.
Hasil belajar siswa di
kelas menunjukkan adanya peningkatan karena mereka belajar dengan gembira dan
terangkumnya berbagai keterampilan berbahasa dalam setiap proses belajar
mengajar. Dengan demikian, Dimulai dengan Wayang dapat dijadikan alternatif
teknik pembelajaran yang interaktif bagi proses belajar mengajar BIPA.
Jika guru akan
menerapkan Dimulai dengan Wayang dalam proses bel-
ajar mengajar BIPA, maka dia harus
membekali dirinya dengan pengetahuan ihwal
wayang. Karena teknik bermain peran
(role play) memegang peranan yang pen-
ting dalam teknik pembelajaran ini,
pengetahuan teknik bermain peran pun harus
dikuasai. Pengetahuan tentang wayang
dan teknik bermain peran sangat menentu-
Setiap orang itu
mempunyai sikap dan kesantunan yang berbeda dalam
berkomunikasi dengan orang lain
(Joyce dan Weil, 1986:243). Karenanya teknik
bermain peran ini dapat membantu siswa
dalam belajar suatu bahasa serta keprag-
matisan penggunaannya. Untuk
menyiasati siswa yang pemalu atau takut dalam
teknik bermain peran ini digunakanlah
wayang sebagai alat bantu pembelajaran.
Dengan demikian, wayang
dapat membantu guru untuk mengajarkan
BIPA sekaligus pula mengajarkan
budaya dan seni. Semoga bermanfaat!
DAFTAR PUSTAKA
Sadiman, Arief.dkk. 1990. Media
Pendidikan. Jakarta :
CV Rajawali
Joyce, Bruce.dkk. 1986. Models of
Teaching. New Jersey :
Prentice Hall.
Rivers, Wilga M. 1993. Interactive
Language Teaching. Cambridge:
University Press.
??
??
??
??
1
1
No comments:
Post a Comment