Ilmu perpustakaan di Indonesia
masih belum mendapatkan tempat yang memadahi di hati pelajar, masyarakat, dan
cendekiawan. Salah satu faktor adalah tidak banyak buku-buku yang mengupas
masalah perpustakaan dan pustakawan. Sebagai salah satu professional informasi,
pustakawan di Indonesia kurang mendapatkan tempat untuk menyebarluaskan
informasi. Keaadan ini diperparah oleh lemahnya pengaruh oraganisasi pustakawan
di Indonesia, baik di tingkat mahasiswa hingga professional. Selain faktor
diatas, minimnya media komunikasi berupa majalah, jurnal, dan website juga
menjadi PR yang harus segera diselesaikan.
Berdasarkan hal tersebut,
Universitas Indonesia mencoba meramaikan kajian ilmu perpustakaan melalui
sebuah program kecil yang berjudul “Indonesia Library Center” (ILC). Program
ini secara rutin akan menerbitkan majalah seputar perkembangan ilmu
perpustakaan, meluncurkan portal/website dengan konten seputar keilmuan
perpustakaan, dan menyelengaarakan berbagai seminar dan kajian. Seluruh
rangkaian program tersebut terintegrasi dibawah Himpunan Mahasiswa Perpustakaan
& Informasi Indonesia (HMPII) dengan pembinaan langsung dari Perpustakaan
Nasional RI.
Berjuang denga Tulisan
Media masa merupakan entitas yang sangat penting
dalam kehidupan masyarakat modern. Baik berupa media cetak maupun elektronik. Peran media dalam mengkonstruksi
paradigma masyarakat sangat ampuh. Tidak salah jika ada sebuah adagium,
“Penguasa media adalah penguasa dunia.” Perkembangan media di Indonesiaa mengalami masa ‘pencerahan’ sejak bergulirnya peristiwa Reformasi yang mengerucut pada tahun 1998. Sejak saat itu nyawa media Indonesia melayang bebas dengan berbagai variable yang beranekaragam. Mulai dari media investigasi sampai berita hiburan (entertainment) telah memeriahkan pentas media nasional.
“Penguasa media adalah penguasa dunia.” Perkembangan media di Indonesiaa mengalami masa ‘pencerahan’ sejak bergulirnya peristiwa Reformasi yang mengerucut pada tahun 1998. Sejak saat itu nyawa media Indonesia melayang bebas dengan berbagai variable yang beranekaragam. Mulai dari media investigasi sampai berita hiburan (entertainment) telah memeriahkan pentas media nasional.
Perkembangan media yang sangat
cepat dan ‘lepas’ memberikan keuntungan dan profit yang menggiurkan. Namun,
perkembangan tersebut juga meninggalkan dampak yang negatif, terutama untuk
generasi muda. Hal ini disebabkan oleh cepatnya perkembangan teknologi
informasi dan minimnya media pendidikan yang komprehensif. Perkembangan
teknologi informasi yang menggelembung dengan konten-konten tidak mendidik
merupakan corong utama destrukturisasi karakter bangsa. Filterisasi informasi
yang tidak berimbang juga merupakan ‘monster’ yang dengan cepat menyerang
kepribadian generasi muda Indonesia dalam dasawarsa terakhir. Saat ini sudah jarang kita temui pelajar
yang akrab dengan identitas lokal ke-Indonesia-an. Setiap sentimeter media
cetak sudah banyak terjejali budaya
luar. Setiap inchi media elektronik
tak luput dari jeratan kapitalis. Fenomena ini jika dibiarkan, maka akan
berkembang biak dengan bebas dan menghancurkan kearifan lokal (local wisdom) yang dimiliki Indonesia di
masa depan.
Fungsi media sebagai social control agaknya terfokus pada pemberitaan
yang berbau politik-pemerintahan. Prinsip “Bad
news is good news” terlalu di-‘dewakan’ oleh pelaku media di Indonesia.
Meskipun ada beberapa media yang masih betah mempertahankan kredibilitasnya,
namun media-media tersebut kebanyakan harus jatuh-bangun bergelut dengan modal.
Hal ini dikarenakan profit yang mereka dapat kurang berimbang dari biaya
operasional yang harus dikeluarkan. Politik bisnis media yang berkembang
menyimpang tidak lain adalah faktor penentu sebuah media untuk menentukan kiblatnya
dalam dunia pers nasional. Karena alasan modal dan kesinambungan
karyawan-wartawan inilah, akhirnya banyak media bermetamorfosis dan patuh
terhadap kapitalisator. Artinya, “Pemberitaan tergantung Pendanaan.” Dengan
demikian, banyak hal sakral yang harus
dikorbankan demi pesanan pasar. Penyesatan informasi struktural inilah yang
harus segara direduksi dan disingkirkan jauh-jauh dari bumi pertiwi. Karena
dampak yang sisematik sudah menggerogoti jiwa generasi muda sejak pecahnya
peristiwa Reformasi hingga kini. Sebuah pendekatan baru dalam dunia pers
nasional harus segera dimulai dari sekarang. Khususnya di bidang pendidikan
yang merupakan dasar pembangunan nasional.
Berdasar pada pemikiran diatas, mahasiswa ilmu
perpustakaan dan informasi – yang dalam hal ini bertanggung jawab secara
akademis terhadap kesinambungan arus informasi dan ilmu pengetahuan – perlu
melakukan sebuah terobosan kecil yang berdampak global guna memenuhi kebutuhan
informasi dan pengembangan keilmuan, terutama dalam bidang kepustakaan dan
informasi.
No comments:
Post a Comment