Manusia sebagai mahkluk sosial selamanya akan “dipenjarakan” dalam tiga dimensi kelompok seksualitas yang berbeda[3]. Pertama, kelompok yang berlebih-lebihan, yaitu kelompok yang mendewakan seks. Msyarakat dunia mengenal dengan “sindiran” masyarakat free sex. Kelompok ini berpandangan bahwa seks sangat bebas – tanpa batasan etika dan keagamaan – dengan orientasi seks sebatas kepuasan semata. Kedua, kelompok yang teledor, kelompok yang “menajiskan” seks – meskipun mereka tidak terlepas dari kebutuhan seksual – dan menganggap seks lebih kotor dari buang air. Pandangan mereka tentang seks hanya terpaku pada dogma agama secara subtantif-ekslusif, sehingga “ngelantur” dari realitas dan tuntunan keagamaan (syari’at). Ketiga, kelompok garis tengah, adalah kelompok yang memahami seks dengan kesadaran fundamental terhadap agama secara utuh – terutama agama Islam dan Kristen. Kelompok ini membredel kajian keagamaan, tradisi, dan budaya secara jernih dan rasional.
Agama, tradisi, dan budaya memiliki kaitan erat dalam pembentukan struktur kognisi masyrakat. Seks sebagai kebutuhan dasar manusiawi terlalu gamblang jika dijelaskan dengan pendekatan psikologis-biologis. Kajian dari angle agama, tradisi, dan budaya Indonesia merupakan “ritme” baru dalam menengahi problematika “perdagangan birahi” yang meroket setiap saat. Ketiga kelompok masyrakat di atas adalah hasil “pubersitas” agama, tradisi, dan budaya yang benar-benar Indonesia. Adalah tugas manusia itu sendiri dalam hal menentukan the way of life mereka untuk menghindari dampak fisik, perilaku dan kejiwaan, sosial, ekonomi, dan tentunya dampak keagamaan.
Mang Oejank Indro @2010
Daftar rujukan :
Asror, Mustaghfiri. 1983. Emansipasi Wanita: Dalam Syari’at Islam. Semarang : CV. Toha Putra.
Jusuf, Ahmad. 2006. Bahaya Seks Bebas pada Remaja: Tinjauan Aspek Medis dan Islam. Dalam makalah yang disajikan pada penyuluhan bagi siswa-siswi SMA Diponegoro Rawamangun Jakarta, Kamis 28 Desember 2006
Tolani, Tofan, 2004. Cinta, Seks dan Problematikanya, Jakrta: Restu Agung.
Umar, Abu, B. 2006. Sutra Ungu, Solo : Rumah Dzikir.
No comments:
Post a Comment