Tuesday, October 19, 2010

Paragraf Untuk Yenia (Part-I)

-->    Melihat ke depan, perasaan hambar memayungi deras nafsu kasih dan sayangku. Seringkali aku terlihat tegar dan gagah membusungkan dada, tak pelak banyak mata seolah bersorak tak curiga. Sepertinya bukan aku yang mereka agungkan. Sementara satu dari banyak kaum Hawa mulai menggelitik setiap urat dan sendi yang terpasang di ragaku. Saat ini aku bukan siapa-siapa, rahasia Allah SWT memang selalu indah dan akan tetap indah. Satu dari rahasia-Nya untukku adalah Yenia.
Rasanya baru kemarin ibuku mengalirkan air susunya ke dalam kerongkonganku. Ternyata hampir 20 tahun sudah berlalu, dan aku masih sebuah parasit di tubuh dua orang yang mulai ku lihat rapuh.
 Berpaling dari segelas susu hangat, dengan suara petikan gitar, dan mulai halusinasiku merangkak perlahan kembali ke perempuan yang mendekati titik kesempurnaan bagiku. Tinggal menunggu sebuah keajaiban, aku sejenak berdiskusi dengan Allah SWT, meyakinkan hati dan menimang-nimang gayuh “Ar-Rahmah dan Mawaddah” ku untuk permpuan ini.
 Lama detik dan menit sudah aku habiskan dengan-Nya. Separuh malam ternyata sudah terbuang. Pekik kalbu mengintai dari belakang, mendekap perlahan, sepertinya banyak malaikat yang menemaniku malam ini. Haus dan hangat cahaya seorang ‘Hawa’ ini selalu diputar berulangkali, bak film kartun yang diminati anak-anak. Tanpa gundah-gusar, aku nikmati saja permainan ini bersama malaikat-malaikat cinta-Nya. Sengaja atau tidak, sihir atau mukjizat, bagiku perempuan ini pasti dan benar istimewa.
 Hanya dengan mataku menikmati lesung pipi dan garis matanya, butuh lebih dari dua cangkir kopi, dua bungkus rokok, dua pensil hitam dan 3 buku tulis untuk merangkai kalimat-kalimat dan sajak-sajak keindahan serta kehidupanku. Terlalu sering antologi kehidupanku beriringan bersama senyum dan halus suaranya, dengan nada-nada centil yang khas. Dengan yakin nuraniku menempatkan Yenia di peringkat teratas klasmen sementara liga asmaraku. Selalu batinku menganalogikan butiran dan percikan kamoflase jernihnya cinta, dengan oase-oase kesejukan, mungkin belum sampai fase antiklimaks. Namun, sirinenya telah jelas terdengar ke penjuru dunia.

Mang Oejank Indro

No comments:

RESTORASI ARSIP KONVENSIONAL

RESTORASI ARSIP KONVENSIONAL Hasil Obervasi Restorasi Arsip Nasional RI dan Sinematek Indonesia Iswanda Fauzan S. ( LIS Rese...