Pengalaman
mengunjungi kota-kota menakjubkan sungguh mengagumkan. Sebagai mahasiswa yang
berasal dari desa, dan kuliah dengan beasiswa pula, impian untuk berkelana ke
luar negeri kadang tidak terpikirkan. Namun, Allah punya cara lain untuk
membawa saya untuk memikirkan hal tersebut. Bulan Juli tanggal 8-9 saya
mendapat
kesempatan menyajikan makalah dan poster di International Society for Knowledge Organization (ISKO) UK Conference 2013. Bermodalkan selembar abstrak yang saya kirimkan pada November 2012, akhirnya saya mendapat undangan atau Letter of Acceptance (LOA) – tertanggal 1 Februari 2013 – untuk hadir di kegiatan tersebut. Wow! Alhamdulillah.
kesempatan menyajikan makalah dan poster di International Society for Knowledge Organization (ISKO) UK Conference 2013. Bermodalkan selembar abstrak yang saya kirimkan pada November 2012, akhirnya saya mendapat undangan atau Letter of Acceptance (LOA) – tertanggal 1 Februari 2013 – untuk hadir di kegiatan tersebut. Wow! Alhamdulillah.
Selang satu bulan
kemudian, saya mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk kegiatan tersebut.
Mulai dari paper dan poster, visa UK, dan mencari sponsor untuk membiayai
perjalanan saya. Dan, Alhamdulillah, ada juga beberapa donatur yang mau
membantu saya. Tidak lupa saya ‘nodong’ ke Fakultas dan Universitas, hehehe.
Setelah
berpusing-pusing dengan persiapan dan segala macam persoalan perkuliahan,
akhirnya persiapan sudah 80%. Kurang 20%, dan itu adalah biaya akomodasi. NEKAT!
Itulah modal utama saya. Ha ha ha. Sisi lain hati sedikit ragu untuk tetap menuju
London. Tapi, sisi hati lainnya mengatakan, “Kesempatan memang kadang datang
dua kali, namun tidak akan seindah kesempatan pertama kali”. So, tancap gas terus, bro!
Keterbatasan biaya
memaksa saya berpikir keras. Waktu itu, pagi, empat hari sebelum tanggal
kegiatan, visa UK saya belum beres. Alasan pihak VSF (perusahaan afiliasi
pengurusan visa) mengatakan dokumen saya masih di Bangkok, dan kemungkinan
besar masih dalam pemeriksaan. Belum lagi tiket pesawat. Duh! Lucu juga. Lalu,
sore harinya, akhirnya Visa UK saya jadi. Aneh, tapi itu lah yang terjadi. Oke,
visa sudah di tangan, tiket? Belum.
Malam itu juga saya
langsung meminta pertolongan kakak untuk booking tiket pesawat. Tak tik tuk...
lihat rate harga. Buset. Sudah naik dan cukup mahal ternyata. Saya hampir
bingung dua kali di hari yang sama. Tapi, hal itu urung terjadi. Saya menemukan
penerbangan yang cukup murah jika melalui Changi, Singapore. Well, akhirnya tiket sudah beres.
Alhamdulillah
Permasalahan belum
selesai sampai di situ. Sekarang urusan uang saku. Lihat rekening.. Ah, Cuma
ratusan rupiah. Cukup? Saya juga nggak tahu.
Hahahaha.
4 Juli 2013. Akhirnya
saya ‘terpaksa’ terbang ke Singapura – berbekal tiket PP CGK-LHR dan CGK-SIN,
serta uang sebesar Rp. 3.800.000,00. Di Singapura, saya sengaja mengunjungi
salah seorang teman yang sedang PKL di NTU Library untuk memberikan revisi
tiket dua orang teman saya yang PKL di Malaysia. Tempatnya di daerah Jurong.
Dan saya bermalam di sana, di kantin apartemen. Hahaha. (Karena uang tidak
cukup untuk menginap).
Dini hari, tanggal
5 Juli 2013, saya menuju Boon Lay Station untuk kembali ke Changi. Lalu
berangkat menuju Colombo – transit. Penerbangan dengan Sri Lankan Airline no.
UL 505 pada jam 15.00 waktu Singapore. Sekitar jam 16.20 waktu Colombo saya sampai di Bandaranaike International
Airport, Colombo. Di bandara tersebut, saya menunggu penerbangan selanjutnya
yang dijadwalkan pada jam 02.00 dini hari waktu Colombo. Artinya, saya keleleran
selama 9 jam di sana. Hahaha. Untuk menghabiskan waktu, saya berkeliling di
areal sekitar Bandara. Sejauh mata memandang, warnanya hijau.
Pengalaman lucu terjadi
ketika saya ingin membeli kopi. Di lantai dua Bandara, saya melihat etalase
penjual kopi dengan merk Nestcafe. Dan pada saat itu cukup ramai. Sampai di
depan kedai, saya berbarengan dengan seorang perempuan Filipina. Ia antre di
depan saya. Kemudian ia berbincang dengan penjual yang kurang fasih berbahasa
Inggris. Tak berselang lama, ia menerima secangkir tanggung kopi. Sekarang giliran
saya, setelah bertanya berapa harga secangkir kopi, penjual itu menjawab dengan
gagap, “You will pay it with dolar singapore or US dolar?” saya pun heran. Tentu
saya balik bertanya, “How much when I use US dolar?” Si penjual dengan perasaan
bingung menjawab, “Oke, this yours.” Sambil memberikan secangkir kopi.
Nah, si perempuan
Filipina tadi malah bingung. Ia memprotes ke si penjual, “I was pay 10 SG $!!
And you sell to him just 1 US $?” Lalu si perempuan tadi melihat saya dan
bertanya, “Are you from Philippine?”. “No, I’m Indonesian. See you..” saya
langsung melenggang pergi. Hahaha.
Oke, pesawat dengan
nomor Penerbangan UL 303 sudah siap. Waktunya chek in. Pas pengecekan tiket dan paspor, saya harus diasingkan
dari penumpang lainnya. 30-an menit menunggu, datang petugas – sepertinya dari
imigrasi – dengan kemeja putih rapi, berambut klimis cepak. Setelah meneropong
berkali-kali visa UK saya, ia tersenyum ke petugas lain. Dan, ia memandang
saya, “Sir, I’m sorry. Your visa is currently valid. My crew wasn’t carefully .
. . . Enjoy your flight!”
Take off to London Heathrow
Airport (LHR). Penerbangan yang cukup lama. Sekitar 10 jam terombang-ambing di
angkasa. Tapi, makanan dan cemilan cukup mantap. Satu menu yang istimewa, Kiribat. Tidur adalah cara paling jitu
untuk menikmati penerbangan. Hehehehe.
6 Juli 2013, jam
09.20 waktu London. Pesawat akhirnya mendarat di terminal 2 LHR. Turun dari
pesawat, hal pertama yang terpikirkan adalah Toilet. Hahaha. Setelah itu, baru
menuju imigrasi. Untuk proses imigrasi di LHR, kita diharuskan mengisi formulir
terlebih dahulu. Yaa.. hampir mirip di Singapore lah. Tidak sulit untuk proses imigrasi, cukup memberikan paspor
ber-visa UK, sejumlah surat pendukung (LOA dari panitia, tiket pulang, dan
sedikit berbasa-basi). Setelah paspor di-cap, biasanya ada petugas yang
mengawasi selama perjalanan ke luar bandara. Jika di Malaysia, Indonesia, dan
Singapore, orang macam saya mungkin cukup familiar, sehingga tidak perlu
kuatir. Namun, di London, berbeda. Seorang opsir bandara menyapa saya, “Sorry,
Sir. Where are you come from?” Dengan santai saya jawab, “I’m form Indonesia.”
Eh, si Opsir balik
nanya, “Indonesia? Oke. What are you doing in London? And... how long you will
stay here?”
“ISKO
UK was invited me to present my poster and additional paper on ISKO UK
Conference, 8-9 July. But, I stay here for seven days.” Jawab saya.
Petugas itu
bengong. Mungkin ucapan Bahasa Inggris saya ngremeng.hahaha
“Seven
days?” Tanyanya heran.
“Ya,
seven days.”
“Excuse
me, Sir. But I was seen all passanger that visit London for five days, but they
are bouhgt more baggage than you.”
“Ouh..”
Respon saya. Bingung. Hahahaha. “Its a problem, Sir? ......”
Setelah
tas saya di-cek, hanya diperiksa sebentar, si petugas tersenyum-senyum. “No,
Isn’t problem..” Saya pun ikutan
senyum meskipun tidak tau apa tujuan senyuman si petugas itu. Hahaha. Mungkin
di hatinya berkata, “Ini orang tujuh hari bawaannya ginian doang. Bisa hidup
apa?” Setelah ‘bebas’
dari si petugas, saya sejenak berleha-leha di LHR. Hahahaha. Dari sini, petualangan saya pun dimulai.
No comments:
Post a Comment